Muslim Pro membantah laporan media massa yang menyebut data lokasi penggunanya dijual kepada militer Amerika Serikat.
Gading Satria Nainggolan, kuasa hukum Candraning, menduga uang milik kliennya raib setelah diambil oleh pelaku melalui internet banking.
Organisasi keagamaan terbesar di Indonesia, Nahdlatul Ualama, menerbitkan sebuah aplikasi yang memudahkan anggotanya membuat kartu anggota.
Pengembang aplikasi populer Muslim Pro diduga menjual data lokasi penggunanya ke pihak ketiga, X-Mode.
Meski korban menggunakan kunci layar pada ponselnya, Ghimob ini juga dapat menembusnya.
Menurut ESET, pola serangan itu merupakan bagian dari operasi BookCodes, yang dilakukan oleh Korea Internet & Security Agency dan dikaitkan dengan Lazarus.
Sebelumnya, Capcom mengatakan pihaknya tengah melakukan penyelidikan namun belum menemukan bahwa data pelanggan dicuri.
Pemerintah menargetkan pada 2022 jaringan seluler 4G akan tersedia di 9.113 desa/kelurahan di wilayah 3T (terdepan, terluar, dan tertinggal).
Muslim Pro, salah satu aplikasi paling populer di kalangan umas Muslim sedunia, kini sedang dalam sorotan publik karena diduga menjual data lokasi penggunanya.
Di kalangan peretas, dia dikenal sebagai 'hacker abu-abu': meretas untuk meningkatkan kesadaran akan pentingnya keamanan siber.
Fitur “Read Later” akan menggantikan fitur “Archive Chats” atau (Arsip Chat) yang selama ini dipakai untuk mengarsipkan pesan.
Fitur baru ini diaktifkan secara default dan pengguna tidak perlu melakukan tindakan apa pun untuk akun mereka.
Siapa yang sebenarnya pembuat aplikasi Muslim Pro yang telah diunduh lebih dari 98 juta kali itu?
Muslim Pro menjual data lokasi ke broker pihak ketiga yang disebut X-Mode, menurut laporan Motherboard.
Peiter Zatko atau dikenal luas sebagai nama hacker “Mudge”. Ia pernah bergabung ke geng hacker Cult of the Dead Cow. Pernah bekerja di DARPA di Pentagon.
Peneliti keamanan siber dari Insikt Group menemukan aktivitas peretas yang diduga mendapat sokongan negara menargetkan pemerintah Kamboja.
Menteri Kominfo Johnny Gerald Plate membenarkan adanya pemblokiran.
Informasi yang bocor termasuk nama, alamat, email, nomor telepon, nomor kartu pembayaran, tanggal kedaluwarsa, nomor CVV, dan detail login
Menurut Yusri, satu akun yang tengah diselidiki ini juga masif menyebarkan video asusila mirip Gisel.
Google dan Temasek Holdings Pte menginvestasikan sekitar US$ 350 juta di PT Tokopedia, raksasa pasar daring di Indonesia.