transformasi digital telah memberikan ruang yang besar untuk individu menjadi seorang pemimpin digital, khususnya pemimpin yang dapat menghasilkan inovasi.
Cyberthreat.id - Transformasi digital membuat lingkungan bisnis berjalan lebih dinamis. Secara global, berbagai industri telah melakukan digitalisasi. Pada tahun 2025, 75% pemimpin bisnis diproyeksikan akan memanfaatkan platform digital, guna menyesuaikan rantai nilai perusahaan dengan pasar, industri, dan ekosistem digital yang lebih efektif dan efisien.
Menteri Komunikasi dan Informatika Budi Arie Setiadi menyatakan dua prinsip krusial yang harus dimiliki pemimpin digital masa kini. "Kemampuan beradaptasi dan agility yang tinggi," tandasnya dalam Digital Creative - Leadership Forum di Jakarta Pusat, Kamis (09/11/2023).
Saat ini, sektor bisnis maupun pemerintahan sudah banyak kepemimpinan digital untuk mendorong inovasi dan perubahan yang masif. Menurut Menteri Budi Arie, transformasi digital telah memberikan ruang yang besar untuk individu menjadi seorang pemimpin digital, khususnya pemimpin yang dapat menghasilkan inovasi terkini.
"Seiring perkembangan teknologi, muncul posisi-posisi baru yang dapat diisi oleh para pemimpin-pemimpin digital," ujarnya.
Guna menangkap peluang tersebut, Menkominfo menyebut ada tiga langkah dalam mengembangkan kepemimpinan digital.
"Pertama, meningkatkan fleksibilitas dalam mengambil peran dan tanggung jawab, dalam aspek teknologi dan bidang strategis lain," tuturnya.
Langkah kedua, menurut Menteri Budi Arie, pemimpin digital perlu mentransformasi model kepemimpinannya untuk menjadi lebih adaptif dan inovatif guna menjawab berbagai tantangan.
"Terakhir, imbangi keahlian teknis dengan pengembangan soft skills terkait komunikasi, problem-solving, dan kolaborasi, untuk mendorong produktivitas tim," tegasnya.
Dalam acara itu, Menkominfo Budi Arie Setiadi juga menekanan penguasaan teknologi harus diarahkan untuk menciptakan perubahan yang inovatif dan bermanfaat bagi masyarakat.[]
Demokratisasi Kecerdasan Buatan (Artificial Intelligence; AI), pada dasarnya, adalah memperluas aksesibilitas teknologi AI ke basis pengguna yang lebih luas.
Di tengah latar belakang ini, ada aspek penting yang secara halus terjalin dalam narasinya, yaitu penanganan identitas non-manusia.
"Karena kita hidup di era digital, jangan hanya menjadi konsumen, tetapi bisa dimanfaatkan untuk sesuatu yang lebih produktif," tambah Nezar.