Junior Penetration merupakan bagian dari pelatihan keamanan siber yang berkaitan erat dengan pembelajaran di jurusan Teknik Jaringan Komputer dan Telekomunikasi
Cyberthreat.id - Seiring dengan perkembangan teknologi informasi dan komunikasi yang telah mempengaruhi hampir seluruh aspek kehidupan manusia, baik sosial budaya, pendidikan, ekonomi, birokrasi, maupun dunia industri.
Sumber daya manusia (SDM) yang kompeten merupakan salah faktor penentu keberhasilan transformasi di era revolusi industri 4.0. Menjadi sangat penting untuk peningkatan kualitas SDM yang memiliki keahlian dan keterampilan di bidangnya, profesional, dan memenuhi standar global.
Dalam rangka memenuhi standar tersebut, Lembaga Sertifikasi Profesi (LSP) BSSN melaksanakan sertifikasi Junior Penetration Tester (JPT) yang telah mendapatkan validasi dari BNSP untuk karyawan BSSN yang dibantu 24 asesor kompetensi yang sudah teregistrasi di BNSP.
Hal tersebut dilakukan dalam rangka mendukung penyelenggaraan sertifikasi kompetensi bidang keamanan siber dan sandi yang berlangsung di Pusat Pengembangan SDM BSSN Depok, Jawa Barat, Selasa (5/9/2023).
Junior Penetration merupakan bagian dari pelatihan keamanan siber yang berkaitan erat dengan pembelajaran di jurusan Teknik Jaringan Komputer dan Telekomunikasi (TKJT). Melalui pelatihan ini, para peseta dapat mengenal lebih dalam mengenai keamanan jaringan, etika hacking dan hukum siber, ancaman dan serangan keamanan informasi, kriptografi, dan hal lain yang berhubungan dengan keamanan siber.
Uni kompetensi Skema Junior Penetration Tester BSSN kali ini diikuti 25 peserta, dimana proses pembelajaran kegiatan ini dilakukan secara luring pada tanggal 4-6 September 2023.
Diharapkan dari uji kompetensi ini dapat mewujudkan SDM keamanan siber dan sandi yang kompeten, profesional, dan berdaya saing global.[]
Demokratisasi Kecerdasan Buatan (Artificial Intelligence; AI), pada dasarnya, adalah memperluas aksesibilitas teknologi AI ke basis pengguna yang lebih luas.
Di tengah latar belakang ini, ada aspek penting yang secara halus terjalin dalam narasinya, yaitu penanganan identitas non-manusia.
"Karena kita hidup di era digital, jangan hanya menjadi konsumen, tetapi bisa dimanfaatkan untuk sesuatu yang lebih produktif," tambah Nezar.