Pasar crypto sedangn dalam kondisi "nyungsep" menjadi alasan utama penutupan.
Cyberthreat.id – Meta Platform Inc, induk perusahaan Facebook dan WhatsApp, menghentikan proyek koleksi barang digital atau token yang tak bisa dipertukarkan (non-fungible token/NFT). Padahal proyek ini baru berjalan kurang dari setengah tahun.
Pasar cryptocurrency yang surut menjadi pertimbangan Meta menutup bisnisnya itu. "Kami menghentikan koleksi digital untuk saat ini dan fokus pada cara lain untuk mendukung kreator, individu, dan bisnis," kata Kepala Fintech Meta Platform, Stephane Kasriel, dalam cuitannya di Twitter, Senin (13 Maret 2023) dikutip dari Reuters.
Meta meluncurkan dukungan bagi pembuat NFT untuk berbagi di Instagram dan Facebook pada tahun lalu. Saat itu, aset cryptocurrency sedang meledak popularitasnya, misal, dengan penjualan gambar "kera kartun" hingga klip video yang menyentuh miliaran dolar.
Sayangnya, menjelang tutup tahun kemarin, Bitcoin dan token crypto lain mendadak nyungsep setelah bursa utama FTX tiba-tiba mengalami kebangkrutan. Kejatuhan FTX ini juga diperparah dengan bangkrutnya tiga bank Amerika Serikat pekan lalu, dua di antaranya fokus pada crypto.
"Kami akan terus berinvestasi dalam fintech yang dibutuhkan oleh individu dan bisnis di masa depan. Kami sedang merampingkan pembayaran dengan Meta Pay dan mempermudahnya serta berinvestasi dalam lintas pembayaran perpesanan di (platfrom) Meta," kata Kasriel.[]
Demokratisasi Kecerdasan Buatan (Artificial Intelligence; AI), pada dasarnya, adalah memperluas aksesibilitas teknologi AI ke basis pengguna yang lebih luas.
Di tengah latar belakang ini, ada aspek penting yang secara halus terjalin dalam narasinya, yaitu penanganan identitas non-manusia.
"Karena kita hidup di era digital, jangan hanya menjadi konsumen, tetapi bisa dimanfaatkan untuk sesuatu yang lebih produktif," tambah Nezar.