Facebook, TikTok, dan Instagram masih melarang penjualan ganja.
Cyberthreat.id – Twitter membolehkan para pengiklan atau perusahaan ganja untuk memasarkan produknya di Amerika serikat. Keputusan ini menjadikan Twitter sebagai platform media sosial pertama yang membolehkan penjualan ganja.
Sebelumnya, Twitter hanya mengizinkan iklan produk topikal CBD yang berasal dari rami, sedangkan platform medsos lain, seperti Facebook, Instagram, dan TikTok mengikuti "kebijakan iklan tanpa ganja" karena masih dilarang oleh pemerintah di tingkat federal.
Saat ini sebagian negara bagian di Amerika Serikat telah berubah dan memungkinkan mengizinkan penjualan ganja rekreasi.
Menurut laporan Reuters, Rabu (15 Februari 2023), Twitter akan mengizinkan perusahaan ganjar beriklan selama mereka memiliki lisensi, melewati proses persetujuan, dan hanya menargetkan yurisdiksi tempat mereka mendapakan lisensi untuk operasional—"terpenting tidak menargetkan orang di bawah usia 21 tahun".
Menanggapi hal itu, perusahaan ganja Cresco Labs menyambut baik dan menilai hal itu sebagai, "Kemenangan besar bagi pemasar ganja legal," ujarnya.
Sementara itu, perusahaan ganja terbesar di AS, Kate Lynch of Curaleaf, mengatakan, perubahan tersebut akan meningkatkan penerimaan ganja sebagai kategori kesehatan arus utama. "Kami berharap ini akan menjadi katalis bagi platform media sosial lain untuk mengikutinya," ujar perusahaan.[]
Demokratisasi Kecerdasan Buatan (Artificial Intelligence; AI), pada dasarnya, adalah memperluas aksesibilitas teknologi AI ke basis pengguna yang lebih luas.
Di tengah latar belakang ini, ada aspek penting yang secara halus terjalin dalam narasinya, yaitu penanganan identitas non-manusia.
"Karena kita hidup di era digital, jangan hanya menjadi konsumen, tetapi bisa dimanfaatkan untuk sesuatu yang lebih produktif," tambah Nezar.