Polri mengklaim keamanan siber berjalan dengan lancar saat penyelenggaraan KTT G20 di Bali. Meski begitu, Polri mengakui memang adanya beberapa serangan siber.
Cyberthreat.id – Kepolisian Republik Indonesia (Polri) mengklaim keamanan siber berjalan dengan lancar saat penyelenggaraan Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G20 di Bali. Meski begitu, Polri mengakui memang adanya beberapa serangan siber.
“Secara umum saya rasa tidak ada. Ada serangan-serangan siber yang bisa dimitigasi Satgas Gakkum,” ucap Kadiv Humas Polri Irjen Dedi Prasetyo di Bali, Kamis (17/11).
Ia menjelaskan, serangan siber itu berhasil diantisipasi atas hasil kerja sama dengan Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN) serta Badan Intelijen Negara (BIN).
"Dan sudah berkoordinasi dengan BSSN dan BIN itu semua bisa diantisipasi. Alhamdulilah semua berjalan dengan baik," kata Dedi.
Sebulan menjelang penyelenggaraan Konferensi Tingkat Tinggi G20 di Bali pada 15-16 November 2022, jumlah serangan siber yang menargetkan Bali mencapai 5,36 juta kali.
Jumlah serangan tersebut terdeteksi secara waktu nyata (real-time) oleh layanan Honeynet BSSN antara periode 14 Oktober hingga 13 November.
Sementara, per 14 November atau sehari sebelum pembukaan KTT G20, serangan siber ke Bali yang terdeteksi mesin BSSN melewati angka hari sebelumnya. Tercatat per 10.49 WIB, serangan telah mencapai 67.030 kali, jumlah ini akan terus bertambah secara real time.
Serangan tersebut menargetkan port 2222, port 5060, port 23, dan port 1433. Port yang ditargetkan ini berubah-ubah. Sebelumnya pada pukul 09.44 WIB, port yang ditargetkan yaitu port 2222, port 23, port 3306, port 80, dan port 502.
IP mesin penyerang terdeteksi dari India, Indonesia, Meksiko, China, dan Amerika Serikat.
Demokratisasi Kecerdasan Buatan (Artificial Intelligence; AI), pada dasarnya, adalah memperluas aksesibilitas teknologi AI ke basis pengguna yang lebih luas.
Di tengah latar belakang ini, ada aspek penting yang secara halus terjalin dalam narasinya, yaitu penanganan identitas non-manusia.
"Karena kita hidup di era digital, jangan hanya menjadi konsumen, tetapi bisa dimanfaatkan untuk sesuatu yang lebih produktif," tambah Nezar.