Kredivo menyatakan peran masyarakat dalam menjaga data pribadi menjadi salah satu faktor penting dalam mewujudkan ekosistem digital yang kondusif.
Cyberthreat.id – Kredivo menyatakan peran masyarakat dalam menjaga data pribadi menjadi salah satu faktor penting dalam mewujudkan ekosistem digital yang kondusif terlebih adopsi layanan digital di Indonesia pun terus tumbuh signifikan.
Director of External Affairs Kredivo Andy N. Gultom mengatakan, kali ini, Kredivo menyasar kalangan mahasiswa di Palembang yang merupakan bagian dari generasi digital native, agar mereka paham urgensi dalam menjaga keamanan data pribadi ketika berinteraksi atau bertransaksi di dunia digital.
“Kami juga berharap bahwa sebagai agent of change, mahasiswa dapat mendorong peningkatan literasi digital di masyarakat, khususnya terkait keamanan data pribadi,” katanya dalam keterangan resmi, Palembang, Senin (24/10).
Berdasarkan data dari perusahaan keamanan siber, Surfshark, sejumlah 1,04 juta akun mengalami kebocoran data di Indonesia selama kuartal II 2022, jumlah itu melonjak 143% dari kuartal I 2022.
Menurut Surfshark, terdapat tiga akun yang mengalami kebocoran data di Indonesia pada setiap menitnya selama Januari–Maret 2022. Pada April–Juni 2022, jumlah tersebut meningkat menjadi delapan akun per menit.
Angka tersebut semakin memvalidasi bahwa peran aktif setiap individu dalam menjaga data pribadi di dunia digital semakin dibutuhkan saat ini.
Johan Wijaya Kusuma, IT Konsultan mengatakan ada beberapa cara yang dapat masyarakat lakukan untuk menjaga keamanan data.
Pertama, secara rutin mengganti password. Kedua, menghindari situs tidak jelas yang berpotensi menjadi situs phising. Ketiga, hindari menggunakan wifi dan komputer umum untuk mengakses situs dengan informasi sensitif (seperti e-banking). Keempat, waspada terhadap email atau pesan yang berisi permintaan data pribadi pengguna.
Meskipun terlihat mudah, terkadang masih saja ada pihak yang menjadi korban. Oleh karena itu, kesadaran akan pentingnya menjaga keamanan data pribadi ketika di internet perlu untuk ditingkatkan,” tambahnya.
Demokratisasi Kecerdasan Buatan (Artificial Intelligence; AI), pada dasarnya, adalah memperluas aksesibilitas teknologi AI ke basis pengguna yang lebih luas.
Di tengah latar belakang ini, ada aspek penting yang secara halus terjalin dalam narasinya, yaitu penanganan identitas non-manusia.
"Karena kita hidup di era digital, jangan hanya menjadi konsumen, tetapi bisa dimanfaatkan untuk sesuatu yang lebih produktif," tambah Nezar.