Pasar WhatsApp turun drastis sejak dibatasi.
Cyberthreat.id – Telegram kini menjadi platform pesan pendek terpopuler di Rusia, menggeser posisi WhatsApp, sejak pemerintah Rusia membatasi layanan milik Meta Platforms Inc, terutama Facebook dan Instagram.
Megafon, salah satu dari empat operator seluler utama Rusia, mengatakan, analisisnya terhadap lalu lintas internet seluler menggambarkan bahwa pasar Telegram melonjak hingga 63 persen dalam dua pekan pertama Maret dibandingkan 48 persen pada dua pekan pertama Februari.
Sementara, pasar WhatsApp turun menjadi 32 persen dari sebelumnya dengan kondisi 48 persen. “Rata-rata pengguna Telegram mengonsumsi 101 Megabita (MB) data per hari dibandingkan dengan pengguna WhatsApp sebanyak 26 MB,” tulis Megafon dikutip dari Reuters, Senin (21 Maret 2022).
Menurut Megafon, popularitas layanan Telegram berkembang sejak pembatasan akses ke messenger dan jejaring sosial lain dan terlihat mulai aktif tumbuh pada 24 Februari.
Meta Platforms Inc, induk WhatsApp, Facebook, dan Instagram, belum lama ini dilabeli sebagai “organisasi ekstremis” oleh Kejagung Rusia. Ini lantaran perusahaan mengizinkan konten-konten ujaran kebencian dan kekerasan kepada Rusia tetap dimuat di platformnya, Facebook dan Instagram.
Baca:
Tindakan Meta merupakan respons terhadap keputusan Rusia menginvasi Ukraina sejak 24 Februari 2022. Sejak konflik kedua negara, perusahaan-perusahaan teknologi informasi Barat memberikan sanksi, seperti menutup bisnisnya di Rusia. Grup Meta terlihat paling frontal dengan memblokir akun media berita Rusia milik RT dan Sputnik; diangap sebagai corong operasi militer Rusia.
Rusia kini telah memblokir Facebook, Instagram, dan Twitter, tapi masih mengizinkan WhatsApp untuk beroperasi.
Didirikan oleh Pavel Durov Rusia, Telegram telah lama menjadi platform media sosial populer di Rusia, dengan hampir semua media besar, entitas pemerintah, dan tokoh masyarakat menggunakan salurannya.
Demokratisasi Kecerdasan Buatan (Artificial Intelligence; AI), pada dasarnya, adalah memperluas aksesibilitas teknologi AI ke basis pengguna yang lebih luas.
Di tengah latar belakang ini, ada aspek penting yang secara halus terjalin dalam narasinya, yaitu penanganan identitas non-manusia.
"Karena kita hidup di era digital, jangan hanya menjadi konsumen, tetapi bisa dimanfaatkan untuk sesuatu yang lebih produktif," tambah Nezar.