Sebelumnya diberitakan, geng ransomware Conti telah mempublikasikan Bank Indonesia sebagai korban peretasan mereka.
Cyberthreat.id - Juru bicara Bank Indonesia Erwin Haryono mengakui bank sentral Indonesia itu telah diserang oleh ransomware.
Namun, seperti dilansir Reuters, Erwin mengatakan serangan itu telah dimitigasi dan tidak mempengaruhi layanan publik Bank Indonesia.
"BI menyadari adanya peretasan berupa ransomeware pada bulan lalu, serangan bulan lalu. Itu menyadarkan kami itu nyata dan kami kena," ujar Erwin kepada awak media di Jakarta.
Erwin tidak memberikan rincian lebih lanjut terkait insiden tersebut.
Sebelumnya diberitakan, geng ransomware Conti telah mempublikasikan Bank Indonesia sebagai korban peretasan mereka.
Hal itu disampaikan oleh platform intelijen dark web bernama Dark Tracer lewat Twitter pada Kamis pagi tadi.
Dark Tracer juga melampirkan tangkapan layar pengumuman geng ransomware Conti di situsnya di jaringan web gelap. Tangkapan layar itu, seperti terlihat pada gambar di atas, menampilkan file-file yang diduga milik Bank Indonesia yang berhasil disusupi. File yang muncul baru 1 persen dengan ukuran 487,09 MB.
Seperti diketahui, ransomware adalah jenis serangan siber jarak jauh yang menggunakan perangkat lunak jahat untuk mengunci sistem dan menuntut uang tebusan untuk membuka kuncian. Pelaku umumnya menyedot file rahasia sebelum mengenkripsi sistem. Jika permintaan tebusan mereka tidak terpenuhi, mereka mengancam akan merilis data sensitif ke media atau melelangnya di pasar gelap.[]
Demokratisasi Kecerdasan Buatan (Artificial Intelligence; AI), pada dasarnya, adalah memperluas aksesibilitas teknologi AI ke basis pengguna yang lebih luas.
Di tengah latar belakang ini, ada aspek penting yang secara halus terjalin dalam narasinya, yaitu penanganan identitas non-manusia.
"Karena kita hidup di era digital, jangan hanya menjadi konsumen, tetapi bisa dimanfaatkan untuk sesuatu yang lebih produktif," tambah Nezar.