Fitur uji coba tersebut mirip dengan balasan video TikTok yang juga ditiru Instagram melalu fitur Reels-nya.
Cyberthreat.id – Twitter melalui akun @TwitterSupport mengumumkan sebuah fitur baru yang sedang diuji coba.
Fitur bernama “Quote Tweet with reaction” tersebut saat ini baru dijajal untuk perangkat iOS. Pendek kata, ketika ingin mengomentari atau me-retweet, pengguna bisa membuat sebuah reaksi dengan foto atau video yang diambil dari perangkat, lalu tweet yang bersangkutan bisa ditempelkan di dalamnya, seperti foto di bawah ini.
Fitur uji coba tersebut mirip dengan balasan video TikTok yang juga ditiru Instagram melalu fitur Reels-nya.
Namun, menurut The Verge, tweet dengan kutipan reaksi itu bisa mempermudah aksi pelecehan. Meski relatif mudah bagi platform memoderasi tweet kutipan biasa, bagaimana dengan memindai konten foto atau video secara terprogram?
Ini berbeda halnya dengan fitur Twitter lain yang mudah bagi pengguna untuk menolak tag/mention atau membatasi siapa yang me-reply cuitan sendiri.
Namun, juru bicara Twitter Viviana Wiewall mengatakan via email, bahwa "Saat ini Anda tidak akan dapat mematikan siapa yang bisa dan tidak bisa" menggunakan fitur tersebut pada tweet Anda, karena fitur tersebut perilaku tweet kutipan standar,” ujarnya.
Ketika ditanya apakah fitur yang digunakan untuk pelecehan menjadi perhatian, ia menjawab:
“Keamanan orang-orang di Twitter adalah prioritas kami dan meskipun kami tidak mengantisipasi ini digunakan dengan cara yang berbahaya, kami akan memantau penggunaan produk dengan cermat dan memastikan bahwa penyalahgunaan apa pun diputuskan sesuai dengan Aturan Twitter,” katanya.
Perusahaan juga mengumumkan bahwa mereka sedang menguji desain baru yang memungkinkan Anda mulai menulis tweet dari tampilan timeline utama, alih-alih menekan tombol yang membawa Anda ke layar penulisan, seperti di bawah ini.[]
Foto-foto: Twitter Support.
Redaktur: Andi Nugroho
Demokratisasi Kecerdasan Buatan (Artificial Intelligence; AI), pada dasarnya, adalah memperluas aksesibilitas teknologi AI ke basis pengguna yang lebih luas.
Di tengah latar belakang ini, ada aspek penting yang secara halus terjalin dalam narasinya, yaitu penanganan identitas non-manusia.
"Karena kita hidup di era digital, jangan hanya menjadi konsumen, tetapi bisa dimanfaatkan untuk sesuatu yang lebih produktif," tambah Nezar.