Penunjukan Agrawal sebagai CEO baru Twitter menunjukkan bahwa perusahaan telah memilih orang teknik sebagai prioritas utamanya.
Cyberthreat.id – Jack Dorsey memutuskan untuk mundur dari pucuk pimpinan Twitter pada Senin (29 November 2021). Posisinya digantikan oleh Parag Agrawal, karyawan senior di jejaring sosial microblogging tersebut, yang sebelumnya menjabat sebagai Chief Technology Officer.
Penunjukan Agrawal sebagai CEO baru Twitter menunjukkan bahwa perusahaan telah memilih orang teknik sebagai prioritas utamanya.
Siapa Agrawal?
Ia bergabung di Twitter sebagai insinyur perangkat lunak dan telah bekerja selama lebih dari 10 tahun. Pada 2017, ia ditunjuk sebagai CTO Twitter, tulis Reuters, diakses Selasa (30 November 2021).
Operasional teknis platform berada di bawah kendalinya, termasuk tanggung jawab meningkatkan kecepatan pengembangan perangkat lunak.
Sejak Desember 2019, Agrawal juga mengawasi pekerjaan di Project Bluesky, sebauh tim independen yang terdiri dari arsitek, insinyur, dan desainer open-source untuk memerangi informasi menyesatkan (misleading information) dan konten kekerasan di Twitter.
Proyek tersebut mengenalkan teknologi terdesentralisai baru; skenarionya ialah Twitter dan lainnya akan menjadi klien Bluesky dan membangun kembali platform di atas standar yang ditetapkan.
Eks Microsoft dan Yahoo
Agrawal sebelum bergabung dengan Twitter telah memiliki pengalaman yang panjang. Berdasarkan profil di akun LinkedIn-nya, ia pernah bekerja untuk Microsoft Corp, Yahoo, dan AT&T Labs Inc, terutama di unit penelitiannya.
Agrawal juga seorang memang memiliki latar belakang di dunia komputer. Ia belajar ilmu komputer dan meraih gelar sarjana dari Institut Teknologi India, Bombay. Lalu, ia melanjutkan di bidang yang sama di Universitas Stanford untuk mendapatkan gelar Ph.D.[]
Demokratisasi Kecerdasan Buatan (Artificial Intelligence; AI), pada dasarnya, adalah memperluas aksesibilitas teknologi AI ke basis pengguna yang lebih luas.
Di tengah latar belakang ini, ada aspek penting yang secara halus terjalin dalam narasinya, yaitu penanganan identitas non-manusia.
"Karena kita hidup di era digital, jangan hanya menjadi konsumen, tetapi bisa dimanfaatkan untuk sesuatu yang lebih produktif," tambah Nezar.