UU yang disebut “Secure Equipment Act” tersebut merupakan langkah terbaru AS untuk menindak persahaan telekomunikasi dan teknologi China.
Cyberthreat.id – Presiden Amerika Serikat Joe Biden meneken undang-undang yang menghalangi dua perusahaan China, yaitu Huawei Technologies Co dan ZTE Corp untuk mendapatkan lisensi peralatan baru dari regulator AS. Mereka dianggap sebagai ancaman keamanan nasional AS.
UU yang disebut “Secure Equipment Act” tersebut merupakan langkah terbaru AS untuk menindak persahaan telekomunikasi dan teknologi China. UU tersebut disetujui secara bulan oleh Senat AS pada 28 Oktober lalu dan disahkan oleh anggota DPR dengan suara 420:4, demikian dikutip dari Reuters, diakses Jumat (12 November 2021).
Padahal, Biden dan Presiden China Xi Jinping bakal bertemu secara virtual pada Senin (15 November).
Dengan UU baru tersebut, Komisi Komunikasi Federal (FCC), lembaga independen AS yang mengatur dan mengawasi segala bentuk aktivitas telekomunikasi, tidak lagi meninjau atau menyetujui pengajuan otorisasi apa pun untuk peralatan yang menimbulkan risiko terhadap keamanan nasional.
FCC sejak 2018 telah menyetujui lebih dari 3.000 pengajuan lisensi dari Huawei.
“UU tersebut akan membantu memastikan bahwa peralatan yang tidak aman dari perusahaan seperti Huawei dan ZTE tidak bisa dimasukkan ke jaringan komunikasi AS,” kata Komisaris FCC Brendan Carr.
Pada Maret lalu, FCC menetapkan lima perusahaan China sebagai ancaman terhadap keamanan nasional, antara lain Huawei dan ZTE, lalu Hytera Communications Corp, Hangzhou Hikvision Digital Technology Co, dan Zhejiang Dahua Technology Co.
Bulan lalu, FCC juga mencabut otorisasi untuk anak perusahaan China Telecom AS yang beroperasi di Amerika Serikat, dengan alasan masalah keamanan nasional.[]
Demokratisasi Kecerdasan Buatan (Artificial Intelligence; AI), pada dasarnya, adalah memperluas aksesibilitas teknologi AI ke basis pengguna yang lebih luas.
Di tengah latar belakang ini, ada aspek penting yang secara halus terjalin dalam narasinya, yaitu penanganan identitas non-manusia.
"Karena kita hidup di era digital, jangan hanya menjadi konsumen, tetapi bisa dimanfaatkan untuk sesuatu yang lebih produktif," tambah Nezar.