RCE secara sederhananya peretas mampu mengeksekusi perintah secara jarak jauh tanpa harus kontak fisik dengan perangkat korban.
Cyberthreat.id – Perusahaan keamanan siber AS, Check Point Software Technologies, mengatakan, ancaman siber yang terjadi di Indonesia umumnya berupa eksekusi kode secara jarak jauh (remote code execution/RCE) yang berdampak pada 62 persen organisasi dalam enam bulan terakhir.
RCE secara sederhananya peretas mampu mengeksekusi perintah secara jarak jauh tanpa harus kontak fisik dengan perangkat korban. Ini lantaran komputer korban telah mengunduh malware jahat yang dirancang peretas.
Dalam laporan intelijen ancamannya, Check Point mengungkapkan tiga industri yang paling terdampak serangan tersebut ialah sektor militer/pemerintah, manufaktor, dan perbankan.
"Banyak organisasi di Indonesia rentan terhadap serangan siber karena mereka tidak memiliki perlindungan yang memadai, atau masih bergantung pada teknologi yang sudah ketinggalan," kata Deon Oswari, Country Manager Indonesia, Check Point, dikutip dari Antaranews.com, Rabu (15 September 2021).
Dalam dua tahun terakhir, sejumlah kasus kebocoran data terjadi di Indonesia yang menimpa aplikasi lembaga pemerintah hingga e-commerce. Check Point merekomendasikan langkah-langkah ini agar organisasi atau perusahaan dapat terlindungi di dunia maya.
Demokratisasi Kecerdasan Buatan (Artificial Intelligence; AI), pada dasarnya, adalah memperluas aksesibilitas teknologi AI ke basis pengguna yang lebih luas.
Di tengah latar belakang ini, ada aspek penting yang secara halus terjalin dalam narasinya, yaitu penanganan identitas non-manusia.
"Karena kita hidup di era digital, jangan hanya menjadi konsumen, tetapi bisa dimanfaatkan untuk sesuatu yang lebih produktif," tambah Nezar.