Data pribadi termasuk nomor ponsel dan alamat email dari 57.191 pelanggan operator telekomunikasi StarHub Singapura ditemukan diunggah di situs pihak ketiga.
Cyberthreat.id - Data pribadi termasuk nomor ponsel dan alamat email dari 57.191 pelanggan operator telekomunikasi StarHub Singapura ditemukan diunggah di situs pihak ketiga.
Dalam penjelasan di situs webnya, StarHub mengatakan data itu tampaknya berasal dari tahun 2007. Perusahaan mengklaim tidak ada database pelanggan atau sistem data yang disusupi.
StarHub mengatakan perusahaan perlu waktu untuk menyelidiki insiden tersebut dan menilai dampaknya sebelum mengonfirmasi pelanggaran tersebut secara publik. Kebocoran data itu, menurut StarHub, telah diberi tahukepada otoritas terkait.
Selain layanan broadband dan seluler, StarHub juga masuk ke bisnis layanan TV berbayar. Namun, dilansir ZDnet, juru bicara StarHub menolak menjawab pertanyaan wartawan tentang pelanggan mana yang terdampak dan berapa banyak pelanggannya.
Menurut StarHub, tidak ada data kartu kredit atau rekening bank yang dilanggar, juga "tidak ada indikasi"data yang bocor itu telah disalahgunakan.
Dalam sejumlah kasus, kebocoran data bisa karena sistem yang disusupi, kesalahan konfigurasi penyimpanan data yang membuatnya bisa diakses online oleh pihak luar, atau karena "pengkhiatan" orang dalam.
Di situs webnya, StarHub mengatakan penyelidikan difokuskan pada "memverifikasi integritas infrastruktur jaringan."
StarHub juga mengatakan sudah mulai memberi tahu pelanggan yang terdampak melalui email dan menawarkan layanan pemantauan kredit gratis selama enam bulan melalui Biro Kredit Singapura, untuk melacak apakah ada data yang mungkin telah disalahgunakan.
CEO StarHub Nikhil Eapen mengatakan dalam pernyataannya,"Keamanan data dan privasi pelanggan adalah masalah serius bagi StarHub, dan saya mohon maaf atas kekhawatiran insiden ini dapat menyebabkan pelanggan kami terkena dampaknya. Kami akan transparan dan akan terus memperbarui pelanggan kami."
"Kami secara aktif meninjau langkah-langkah perlindungan dan kontrol saat ini untuk menerapkan dan mempercepat peningkatan keamanan jangka panjang," tambah Eapen.[]
Demokratisasi Kecerdasan Buatan (Artificial Intelligence; AI), pada dasarnya, adalah memperluas aksesibilitas teknologi AI ke basis pengguna yang lebih luas.
Di tengah latar belakang ini, ada aspek penting yang secara halus terjalin dalam narasinya, yaitu penanganan identitas non-manusia.
"Karena kita hidup di era digital, jangan hanya menjadi konsumen, tetapi bisa dimanfaatkan untuk sesuatu yang lebih produktif," tambah Nezar.