Sebuah serangan siber ransomware menimpa perusahaan penyedia informasi konsumen asal Swiss, Comparis (comparis.ch) pada Rabu (7 Juli 2021).
Cyberthreat.id – Sebuah serangan siber ransomware menimpa perusahaan penyedia informasi konsumen asal Swiss, Comparis (comparis.ch) pada Rabu (7 Juli 2021). Sejumlah sistem teknologi informasinya dikabarkan telah terblokir, kata perusahaan, Jumat (9 Juli).
“Sejauh yang kami tahu, sebagian besar basis data tampaknya tidak terpengaruh oleh insiden ini. Namun, analisis terperinci pertama memperlihatkan bahwa pelaku memiliki akses ke data terkait pelanggan tertentu dari peusahaan sejenis, Credaris, yang sistemnya sebagian dioperasikan di lingkungan server yang sama,” ujar perusahaan dikutip dari Reuters, diakses Minggu (11 Juli).
Credaris adalah perusahaan broker keuangan.
Comparis.ch, yang mengumpulkan sekitar 80 juta kunjungan per tahun, sempa tak bisa diakses pada Rabu-Kamis lalu. Namun, kini situs webnya yang memungkinkan konsumen membandingkan harga barang dan jasa sehari-hari telah berfungsi normal kembali, tetapi akses melalui email dan hotline pelanggan masih terbatas. Perusahaan bekerja sama dengan spesialis keamanan siber untuk pemulihan total.
Seorang juru bicara Comparis mengatakan kepada SWI swissinfo.ch bahwa tidak ada uang tebusan yang dibayarkan terkait insiden siber tersebut. Mereka juga tak menjelaskan detail serangan tersebut dan terkait dengan geng ransomware apa.
Di Swiss, perusahaan kereta api Stadler diserang ransomware tahun lalu dan mengalami pelanggaran data. Peretas juga mempublikasikan data curian di internet lantaran perusahaan menolak untuk membayar.
Pekan lalu, Kantor Federal Swiss untuk Energi merilis laporan yang menemukan beberapa penyedia listrik rentan terhadap serangan siber dan merekomendasikan langah untuk memperkuat pertahanan TI-nya.[]
Demokratisasi Kecerdasan Buatan (Artificial Intelligence; AI), pada dasarnya, adalah memperluas aksesibilitas teknologi AI ke basis pengguna yang lebih luas.
Di tengah latar belakang ini, ada aspek penting yang secara halus terjalin dalam narasinya, yaitu penanganan identitas non-manusia.
"Karena kita hidup di era digital, jangan hanya menjadi konsumen, tetapi bisa dimanfaatkan untuk sesuatu yang lebih produktif," tambah Nezar.