Nigeria tengah menyiapkan mata uang digital sendiri yang dikeluarkan oleh bank sentralnya. Rencana, mata uang digital tersebut dirilis akhir tahun ini.
Cyberthreat.id – Bank sentral Nigeria tengah menyiapkan proyek percontohan mata uang digital dan akan merilisnya akhir tahun ini.
Direktur Teknologi Informasi Bank Sentral Rakiya, Mohammed, mengatakan proyek mata uang digital itu telah dikerjakan sejak dua tahun terakhir.
“Kami semua sadar bahwa sekitar 80 persen bank sentral di dunia sedang menjajaki kemungkinan menerbitkan mata uang digital bank sentral (CBDC) dan Nigeria tidak mau tertinggal,” ujar Mohammed dalam pertemuan virtual dengan para bankir pada 10 Juni lalu, dikutip oleh Reuters, Jumat (18 20 Juni 2021).
Sejauh ini Nigeria masih melarang bank dan lembaga keuangan lain untuk memfasilitasi mata uang digital (cryptocurrency), seperti Bitcoin dan lainnya.
Menurut Mohammed, dengan mata uang digital itu, bank sentral berharap bisa semakin memperluas inklusi keuangan secara digital, sehingga membuat pengiriman uang dari luar negeri lebih mudah dan pembelian internasional berjalan lancar.
“Jika Anda memiliki mata uang digital bank sentral yang didukung oleh pemerintah, orang dapat bertransaksi daring tanpa takut gagal bayar,” ujarnya.
Sebelumnya, El Salvador lebih dulu memproklamirkan sebagai negara pertama yang mengizinkan mata uang kripto sebagai alat tukar pembayaran. Namun, bank sentral mereka belum memiliki mata uang digital sendiri. Alasan pemerintah melegalkan Bitcoin dkk sebagai alat tukar juga mirip dengan Nigeria yaitu agar transfer uang dari warga El Salvador di luar negeri mudah dilakukan.
Sejauh ini, bank-bank sentral di Eropa dan AS juga tengah mewacanakan penerbitan mata uang digital. Namun, China menjadi negara paling maju dengan mata uang digitalnya (yuan digital) yang telah diuji coba sejak tahun lalu. Di Indonesia, Bank Indonesia juga sedang mempersiapkan serupa untuk rupiah digital. Namun, sejauh ini belum jelas kapan BI akan mengeluarkan rupiah digital.[]
Demokratisasi Kecerdasan Buatan (Artificial Intelligence; AI), pada dasarnya, adalah memperluas aksesibilitas teknologi AI ke basis pengguna yang lebih luas.
Di tengah latar belakang ini, ada aspek penting yang secara halus terjalin dalam narasinya, yaitu penanganan identitas non-manusia.
"Karena kita hidup di era digital, jangan hanya menjadi konsumen, tetapi bisa dimanfaatkan untuk sesuatu yang lebih produktif," tambah Nezar.