Sol Oriens, perusahaan kontraktor senjata nuklir AS, mengalami serangan siber yang diduga dilakukan oleh peretas ransomware REvil.
Cyberthreat.id – Sol Oriens, perusahaan kontraktor senjata nuklir AS, mengalami serangan siber yang diduga dilakukan oleh peretas ransomware REvil. (Baca: Geng Hacker Ransomware REvil/Sodinokibi, Si Pembobol Kelas Kakap)
Operasional bisnis Sol Oriens selain mendukung kebutuhan Departemen Pertahanan dan Energi AS juga bermitra dengan klien perusahaan teknologi dan ruang angkasa.
Pekan lalu, geng peretas REvil memasukkan data perusahaan tersebut ke daftar lelang di situs web peretas. Peretas mengklaim telah mencuri data bisnis dan karyawan, termasuk informasi gaji dan nomor jaminan sosial.
Sebagai bukti bahwa mereka mencuri data selama serangan, dikutip dari BleepingComputer, diakses Selasa (15 Juni 2021), REvil menerbitkan foto dari dokumen rangkuman rekrutmen, penggajian (payroll), dan laporan gaji.
Untuk menekan perusahaan agar membayar uang tebusan, hal yang biasa dilakukan oleh peretas ransomware, mereka mengancam membagikan dokumen dan data relevan ke lembaga militer pilihan mereka. (Baca: Produsen Daging Terbesar di Dunia Bayar Tebusan ke Hacker Ransomware REvil/Sodinokibi Rp156,46 Miliar)
Dalam sebuah pernyataan kepada wartawan CNBC Eamon Javers, Sol Oriens mengonfirmasi serangan siber terjadi pada Mei lalu. Saat ini perusahaan sedang menyelidiki jaringan yang terkena dampak serangan.
“Kami baru-baru ini menemukan bahwa seseorang yang tak berwenang memperoleh dokumen tertentu dari sistem kami,” ujar perusahaan.
“Dokumen-dokumen tersebut saat ini sedang ditinjau dan kami juga bekerja dengan perusahaan forensik digital pihak ketiga untuk menentukan ruang lingkup data potensial yang terpengaruh,” perusahaan menambahkan.
Sejauh ini, perusahaan mengklaim belum melihat bahwa insiden tersebut mempengaruhi informasi rahasia kliennya atau terkait keamanan penting lain. Setelah penyelidikan selesai, mereka berjanji akan memberitahu entitas atau individu yang terpengaruh.[]
Demokratisasi Kecerdasan Buatan (Artificial Intelligence; AI), pada dasarnya, adalah memperluas aksesibilitas teknologi AI ke basis pengguna yang lebih luas.
Di tengah latar belakang ini, ada aspek penting yang secara halus terjalin dalam narasinya, yaitu penanganan identitas non-manusia.
"Karena kita hidup di era digital, jangan hanya menjadi konsumen, tetapi bisa dimanfaatkan untuk sesuatu yang lebih produktif," tambah Nezar.