Tidak ada satu entitas pun dapat melawan kejahatan siber sendirian secara efektif, tutur Microsoft
Cyberthreat.id – Asia Pasifik terus mengalami peningkatan kasus yang lebih tinggi untuk serangan malware dan ransomware, masing-masingnya1,6 dan 1,7 kali lebih tinggi daripada wilayah lain di dunia.
Secara spesifik di Indonesia, telemetri antivirus Microsoft Defender menunjukkan tingkat kasus malware selama 18 bulan terakhir telah berkurang 24 persen, tetapi sebagai bagian dari malware, tingkat kasus ransomware meningkat hingga 31 persen.
“Tidak ada satu entitas pun dapat melawan kejahatan siber sendirian secara efektif,” tutur Microsoft dalam siaran persnya, Senin (31 Mei 2021).
Itulah sebabnya Microsoft membentuk Dewan Eksekutif Keamanan Siber Sektor Publik Asia Pasifik untuk kali pertama.
Dewan tersebut menyatukan pembuat kebijakan dari pemerintah dan lembaga negara, serta pemimpin teknologi dan industri, dengan tujuan membangun saluran komunikasi yang kuat untuk mengatasi ancaman siber.
Bergabung dengan Dewan tersebut, yaitu 15 pembuat kebijakan dari Brunei, Indonesia, Korea, Malaysia, Filipina, Singapura, dan Thailand, yang didukung oleh praktisi keamanan siber profesional dari Microsoft.
Dewan tersebut memiliki visi untuk membangun komunitas di mana intelijen ancaman, teknologi, dan sumber daya dapat dibagikan secara berkala dan terbuka. Dewan juga dirancang untuk bertemu secara virtual setiap kuartal.[]
Demokratisasi Kecerdasan Buatan (Artificial Intelligence; AI), pada dasarnya, adalah memperluas aksesibilitas teknologi AI ke basis pengguna yang lebih luas.
Di tengah latar belakang ini, ada aspek penting yang secara halus terjalin dalam narasinya, yaitu penanganan identitas non-manusia.
"Karena kita hidup di era digital, jangan hanya menjadi konsumen, tetapi bisa dimanfaatkan untuk sesuatu yang lebih produktif," tambah Nezar.