Ajakan untuk memberi bintang satu kepada Facebook antara lain datang dari akun terverifikasi milik politisi PKS, Ahmad Heryawan.
Cyberthreat.id - Rating atau penilaian terhadap aplikasi Facebook di Google Play Store merosot. Ini terjadi setelah munculnya ajakan untuk menurunkan rating aplikasi Facebook lantaran dituding menyensor unggahan yang bernada menyalahkan Israel dalam konflik berdarah dengan Palestina.
Pantauan Cyberthreat.id pada Rabu malam (19 Mei 2021), rating aplikasi Facebook di Play Store kini hanya 2,6 dari poin penuh 5 bintang. Rating itu diberikan oleh lebih dari 115 juta penggunannya.
"Saat ini Facebook dan Instagram membatasi postingan tentang Palestina. Banyak akun yang postigannya tentang Palestina dihapus tiba=tiba, ada yag kena hukum tidak bisa komen atau tidak bisa posting selama 30 hari, kami mengajak follower semua untuk memberikan rating bintng 1 (satu) di Play Store," demikian antara lain komentar yang muncul di Goole Play Store.
Di jejaring sosial Twitter, ajakan untuk memberi bintang satu kepada Facebook antara lain datang dari akun terverifikasi milik Ahmad Heryawan, politisi PKS yang juga mantan gubernur Jawa Barat.
"Ayoo..kasih ulasan bintang satu. Atau segera FB tobat berpihak pada Palestina," tulis Ahmad Heryawan.
Ajakan Heryawan itu merespon unggahan novelis Zara Zettira yang mengatakan,"Setidaknya dibutuhkan hingga 100 ribu pengguna di Play Store untuk memberikan ulasan bintang satu di Facebook, yang diyakini akan membuat plikasi ini dapat 'disingkirkan' oleh Google."
Sebelum turun ke 2,6, rating Facebook sempat bertengger di atas 3 mmendekati 4. Namun dalam hitungan jam, nilainya terus merosot karena netizen ramai-ramai memberi nilai bintang 1.
Baru-baru ini, memang muncul keluhan dari banyak pengguna Facebook dan Instagram yang mengatakan unggahan mereka yang berisi dukungan untuk Palestina malah diblokir oleh Facebook dengan alasan melanggar kebijakan komunitasnya. Itulah yang menimbulkan kemarahan netizen yang menganggap Facebook tidak adil dan cenderung membela Israel dalam konflik dengan Palestina[]
Demokratisasi Kecerdasan Buatan (Artificial Intelligence; AI), pada dasarnya, adalah memperluas aksesibilitas teknologi AI ke basis pengguna yang lebih luas.
Di tengah latar belakang ini, ada aspek penting yang secara halus terjalin dalam narasinya, yaitu penanganan identitas non-manusia.
"Karena kita hidup di era digital, jangan hanya menjadi konsumen, tetapi bisa dimanfaatkan untuk sesuatu yang lebih produktif," tambah Nezar.