REvil mengatakan bahwa mereka telah menyembunyikan halaman kebocoran data dan akan berhenti berbicara dengan wartawan untuk memungkinkan negosiasi berlanjut.
Cyberthreat.id – Geng ransomware REvil mengancam akan membocorkan logo terbaru Apple dan desain iPad terbaru.
Sebelumnya, geng ransomware REvil telah mengupload desain produk Apple di situs kebocoran data mereka yang diklaim didapat setelah mereka menerobos server Quanta, pabrikan yang memproduksi produk Apple seperti Apple Watch, Macbook Air dan Macbook Pro. Namun, laporan Bleeping Computer menyebutkan, tiba–tiba desain itu dihapus.
Sebelumnya, REvil sempat memposting desain terbaru Macbook di situs kebocoran data mereka setelah Quanta tidak membayarkan permintaan tebusan yang dipatok senilai US$50 juta (setara Rp726 miliar). (Lihat: Geng Ransomware REvil Coba Peras Apple Rp726 Miliar Setelah Bobol Server Mitranya di Taiwan)
Bahkan, REvil juga turut mengancam Apple denga memintanya membeli kembali data yang dicurinya paling lambat 1 Mei atau lebih banyak data akan dibocorkan.
Dalam obrolan khusus antara REvil dan Quanta yang dilihat oleh Bleeping Computer empat hari lalu, REvil mengatakan bahwa mereka telah menyembunyikan halaman kebocoran data dan akan berhenti berbicara dengan wartawan untuk memungkinkan negosiasi berlanjut.
PeSumber: Bleeping Computer
Dalam pesan itu, REvil juga mengatakan, jika Quanta ingin bernegoisasi, pihaknya akan memberikan “diskon” dari permintaan tebusan yang diajukan. Diskon ini mengurangi permintaan tebusan dari US$ 50 juta menjadi US$ 20 juta dengan tenggat waktu pembayaran 7 Mei. Jika hingga tenggat waktu habis dan belum juga dibayar, tebusannya dinaikkan lagi menjadi US$40 juta.
REvil telah memperingatkan Quanta bahwa mereka akan mulai menerbitkan gambar untuk iPad baru dan logo Apple baru jika mereka tidak menerima tanggapan dari Quanta.
Tidak diketahui apakah Quanta sudah berkomunikasi dengan REvil dalam obrolan lain. []
Editor: Yuswardi A. Suud
Demokratisasi Kecerdasan Buatan (Artificial Intelligence; AI), pada dasarnya, adalah memperluas aksesibilitas teknologi AI ke basis pengguna yang lebih luas.
Di tengah latar belakang ini, ada aspek penting yang secara halus terjalin dalam narasinya, yaitu penanganan identitas non-manusia.
"Karena kita hidup di era digital, jangan hanya menjadi konsumen, tetapi bisa dimanfaatkan untuk sesuatu yang lebih produktif," tambah Nezar.