Perusahaan keamanan siber asal Rusia, Kaspersky, menemukan cukup banyak penipuan siber yang memberi iming-iming hadiah PlayStation 5 di dunia maya.
Cyberthreat.id – Perusahaan keamanan siber asal Rusia, Kaspersky, menemukan cukup banyak penipuan siber yang memberi iming-iming hadiah PlayStation 5 di dunia maya.
Salah satu model penipuan untuk menyebarkan tautan hadiah PS5 yaitu melalui email phishing
Kaspersky menemukan penipu menggunakan nama pengirim yang mirip dengan organisasi yang sah, tapi tidak berhubungan dengan konsol game tersebut, misalnya, perusahaan farmasi.
Penipu meminta korban untuk mengikuti kompetisi dengan mendaftarkan alamat email, setelah itu korban diminta membuka situs e-commerce palsu, demikian dala keterangan tertulis Kaspersky seperti dikutip dari Antaranews.com, diakses Senin (12 April 2021).
Untuk memainkan emosi korban, penipu mengatakan korban adalah salah satu pemenang undian dan hanya memberikan waktu beberapa detik untuk memberikan konfirmasi, seolah-olah hadiah akan hangus jika tidak segera mengikuti perintah itu.
Korban setelah itu akan diminta membayar sejumlah uang sebagai dalih untuk ongkos kirim. Kemudian, korban akan diminta untuk mengisi data seperti alamat, nomor telepon, email dan detail perbankan termasuk nomor CVV kartu perbankan.
Kaspersky mengingatkan bahwa mungkin nilai uang yang diminta oleh penipu tidak seberapa besar, tapi salah satu data krusial berupa kode CVV sudah dikantongi penjahat.
Pada kasus penipuan yang melibatkan nomor CVV, seringkali berujung pada rekening perbankan dikuras penipu.
Demi menghindari phishing seperti itu, Kaspersky meminta pengguna internet untuk mengecek kembali situs web penyelenggara undian. Jika situs web terlihat mencurigakan, jangan sekali-sekali memasukkan data pribadi apa pun.
Pengguna internet sebaiknya waspada ketika mendapatkan informasi menerima hadiah dan diminta mengirimkan sejumlah uang. Ini bisa berisiko mengalami kerugian besar daripada uang yang diminta tersebut.[]
Demokratisasi Kecerdasan Buatan (Artificial Intelligence; AI), pada dasarnya, adalah memperluas aksesibilitas teknologi AI ke basis pengguna yang lebih luas.
Di tengah latar belakang ini, ada aspek penting yang secara halus terjalin dalam narasinya, yaitu penanganan identitas non-manusia.
"Karena kita hidup di era digital, jangan hanya menjadi konsumen, tetapi bisa dimanfaatkan untuk sesuatu yang lebih produktif," tambah Nezar.