Pusat data OVHcloud yang terleak di Strasbourg, Prancis dilalap si jago merah. Insiden kebakaran ini termasuk jarang terjadi menimpa sebuah pusat data.
Cyberthreat.id – Pusat data OVHcloud yang terleak di Strasbourg, Prancis dilalap si jago merah. Insiden kebakaran yang terjadi pada Rabu (10 Maret 2021) tersebut, termasuk jarang terjadi untuk sebuah pusat data.
Dalam pernyataannya, kemarin, Pendiri OVHcloud Octave Klaba, mengatakan, petugas pemadam kebakaran memang sudah berhasil memadamkan sumber api, tapi lokasi ditutup dan layanan pusat data terpaksa belum bisa dibuka kembali.
OVHcloud adalah penyedia hosting terbesar di Eropa dan terbesar ketiga di dunia dengan pelanggan mencapai 1,5 juta. Perusahaan juga mengelola 27 pusat data di negara-negara termasuk AS, Inggris, Prancis, dan Australia.
Perusahaan komputasi awan ini menyediakan layanan peladen pribadi virtual (virtual private server/VPS), peladen khusus, dan layanan web lain.
Meski pusat kebakaran terjadi di pusat data SBG2, perusahaan memutuskan untuk menutup seluruh pusat data (SBG1, SBG3, dan SBG4) yang juga berlokasi di Strasbourgh.
Imbas dari kebakaran tersebut, OVHcloud meminta kepada para pelangganya untuk segera merencanakan pemulihan lantaran pusat data belum dapat digunakan.
“Kami menghadapi insiden besar di pusat data kami di Strasbourg. Kebakaran terjadi di gedung SBG2,” ujar perusahaan dalam pernyataan di situs webnya, dikutip dari BleepingComputer, Rabu.
“Petugas pemadam kebakaran memang segera ke lokasi kebakaran, tetapi tidak bisa mengendalikan api di SBG2. Seluruh tempat telah diisolasi, yang memengaruhi semua layanan kami di SBG1, SBG2, SBG3, dan SBG4. Kami akan terus mengabari Anda saat lebih banyak informasi tersedia,” perusahaan menambahkan.
Beberapa jam setelah insiden itu, pusat data SBG2 dan SBG3 menghilang dari daftar OVHcloud. Sejumlah pelanggan utama juga menyatakan layanan web mereka tidak dapat diakses.
Daftar pelanggan yang terkena dampak, seperti:
Demokratisasi Kecerdasan Buatan (Artificial Intelligence; AI), pada dasarnya, adalah memperluas aksesibilitas teknologi AI ke basis pengguna yang lebih luas.
Di tengah latar belakang ini, ada aspek penting yang secara halus terjalin dalam narasinya, yaitu penanganan identitas non-manusia.
"Karena kita hidup di era digital, jangan hanya menjadi konsumen, tetapi bisa dimanfaatkan untuk sesuatu yang lebih produktif," tambah Nezar.