Oxfam Australia mengumumkan, basis data diakses peretas pada 20 Januari lalu.
Cyberthreat.id – Oxfam Australia mengonfirmasi terkait pelanggaran data yang menyebabkan basis data para donaturnya dipublikasikan oleh peretas di forum jual beli data di internet pada Januari lalu.
Oxfam dikenal sebagai organisasi nirlaba yang peduli terhadap isu-isu pengentasan kemiskinan di kalangan penduduk asli Australia, Afrika, Asia, dan Timur Tengah.
Di situs webnya, Oxfam Australia mengumumkan, basis data yang diakses peretas pada 20 Januari lalu berisi informasi tentang para donatur Oxfam muali nama, alamat email, alamat rumah, jenis kelamain, tanggal lahir, nomor ponsel, dan jumlah donasi.
Meski dari penyelidikan internal, Oxfam mengatakan, tidak ditemukan kata sandi yang dicuri, para donatur diminta segera mengganti kata sandi.
“Oxfam Australia telah memberi tahu para donatur tentang potensi risikonya pada 4 Februari 2021 dan sekarang telah mulai memberitahu mereka tentang langkah-langkah yang dapat mereka ambil untuk melindungi informasinya,” tutur dia seperti dikutip dari BleepingComputer, diakses Rabu (3 Maret 2021). (Baca juga: Oxfam Australia Investigasi Dugaan Peretasan setelah Datanya Dijual Online
Di forum peretas tersebut, penjual mengklaim memiliki 1,7 juta catatan donatur. Dalam pemeriksaan BleepingComputer terhadap sebagian data tersebut menunjukkan sebagian terbukti valid milik salah satu donatur.
Dengan kejadian itu, para donator diminta untuk mewaspadai sejumlah tawaran melalui email phishing yang ditargetkan, teks SMS, dan panggilan telepon yang berpura-pura berasal dari Oxfam.
Untuk mengatasi masalah tersebut, Oxfam Australia telah memberitahu dan bekerja sama dengan regulator industri, termasuk Kantor Komisaris Informasi Australia dan Pusat Keamanan Siber Australia.[]
Redaktur: Andi Nugroho
Demokratisasi Kecerdasan Buatan (Artificial Intelligence; AI), pada dasarnya, adalah memperluas aksesibilitas teknologi AI ke basis pengguna yang lebih luas.
Di tengah latar belakang ini, ada aspek penting yang secara halus terjalin dalam narasinya, yaitu penanganan identitas non-manusia.
"Karena kita hidup di era digital, jangan hanya menjadi konsumen, tetapi bisa dimanfaatkan untuk sesuatu yang lebih produktif," tambah Nezar.