Google mengatakan berhenti menggunakan alat (perangkat lunak) milik Apple Inc yang memungkinkan untuk personalisasi iklan.
Cyberthreat.id – Google mengatakan berhenti menggunakan alat (perangkat lunak) milik Apple Inc yang memungkinkan untuk melakukan personalisasi iklan kepada pengguna.
Selama ini aplikasi seperti Google Maps dan YouTube untuk iPhone memakai alat personalisasi iklan milik Apple untuk menjangkau pengguna.
Keputusan pencabutan itu menyusul kebijakan baru Apple, di mana pengembang harus memberitahu pengguna bahwa aplikasinya melacak aktivitas jelajah pengguna.
Apple selama bertahun-tahun telah menyediakan aplikasi dengan pengenal unik bernama IDFA. Guna perangkat lunak ini menautkan pengguna yang sama di berbagai program.
Namun, awal Januari lalu, Apple telah membuat keputusan untuk mengharuskan tiap-tiap aplikasi menampilkan pesan pop-up sekali kepada pengguna untuk mendapatkan izin mengakses IDFA.
Apple mengatakan aplikasi yang tidak menggunakan IDFA masih harus meminta izin pengguna jika mereka menampilkan dan mengukur iklan berdasarkan data yang diperoleh dari perusahaan lain.
Kebijakan baru tersebut sebelumnya diprotes oleh para pengembang, salah satunya Facebook Inc. Mereka khawatir notifikasi itu justru membuat pengguna menolak permintaan dan menurunkan penjualan iklan.
Namun, untuk aplikasi Google, biasanya pengguna disuruh login terlebih dulu, sehingga memiliki alternatif pelacakan iklan selain IDFA. Dengan begitu, bisnis iklan intinya kemungkinan besar tidak akan terpengaruh oleh kebijakan baru Apple.
Namun, Google mengatakan, penerbit dan pengiklan yang mengandalkan perangkat lunak iklan selulernya akan mengalami hasil yang lebih lemah, tanpa akses IDFA.
Google mengatakan sedang mengembangkan alternatif untuk klien, tetapi ini mungkin tidak segera dalam waktu dekat.
Sementara, Facebook mengatakan bulan lalu bahwa pihaknya berencana untuk menampilkan pop-up untuk meminta persetujuan pengguna.
“Apple telah memperjelas bahwa jika kami tidak menggunakan perintah Apple, mereka akan memblokir Facebook dari App Store, yang hanya akan merugikan orang-orang dan bisnis yang mengandalkan layanan kami setiap bulan,” kata Facebook.[]
Demokratisasi Kecerdasan Buatan (Artificial Intelligence; AI), pada dasarnya, adalah memperluas aksesibilitas teknologi AI ke basis pengguna yang lebih luas.
Di tengah latar belakang ini, ada aspek penting yang secara halus terjalin dalam narasinya, yaitu penanganan identitas non-manusia.
"Karena kita hidup di era digital, jangan hanya menjadi konsumen, tetapi bisa dimanfaatkan untuk sesuatu yang lebih produktif," tambah Nezar.