Perusahaan fintech asal China, Ant Group, berencana menjual anak perusahaannya, EyeVerify, perusahaan layanan keamanan biometrik yang beroperasi di AS.
Cyberthreat.id – Perusahaan fintech asal China, Ant Group, berencana menjual anak perusahaannya, EyeVerify, perusahaan layanan keamanan biometrik yang beroperasi di Amerika Serikat.
Laporan pertama rencana penjualan itu diberitakan oleh Financial Times, Selasa (26 Januari 2021).
Ant, yang berafiliasi dengan Alibaba Group Holding Ltd, sedang dalam pembicaraan dengan sejumlah pembeli potensial di AS, sumber FT menyebutkan, seperti dikutip dari Reuters, diakses Rabu (27 Januari).
Ant dan EyeVerify enggan memberikan komentar terkait isu tersebut.
Menurut sumber FT, penjualan tersebut lantaran Ant sedang mencari dana untuk mempersiapkan potensi denda dan biaya restrukturisasi setelah IPO mereka dihentikan tahun lalu, dikutip dari Tech In Asia.
Terlepas dari alasan itu, rencana itu juga di tengah ketegangan hubungan AS dengan China di sektor eknomi dan dunia siber. Terlebih, baru-baru ini AS juga telah memasukkan daftar hitam sejumlah aplikasi China, termasuk Alipay milik Ant Group yang dianggap mengancam keamanan nasional AS.
Namun, seorang petinggi Ant mengklaim sejauh ini perusahaan tidak mengumpulkan data dari pemindaian EyeVerify. Data pemindaian juga tidak keluar dari ponsel yang terpasang aplikasi, klaim sumber tersebut, tulis FT.
Seperti diketahui, EyeVerify yang berkantor pusat di Kansas City, Missouri, menyediakan perangkat lunak keamanan biometrik berbasis verifikasi mata.
Layanan pengganti kata sandi tersebut dipakai untuk aplikasi seluler perbankan, salah satu yang memakainya adalah Wells Fargo.
Ant membeli EyeVerify senilai US$ 100 juta pada 2016 setelah disetujui oleh Komite Investasi Asing di Amerika Serikat (CFIUS), lembaga yang meneliti kesepakatan untuk potensi risiko keamanan nasional AS.[]
Demokratisasi Kecerdasan Buatan (Artificial Intelligence; AI), pada dasarnya, adalah memperluas aksesibilitas teknologi AI ke basis pengguna yang lebih luas.
Di tengah latar belakang ini, ada aspek penting yang secara halus terjalin dalam narasinya, yaitu penanganan identitas non-manusia.
"Karena kita hidup di era digital, jangan hanya menjadi konsumen, tetapi bisa dimanfaatkan untuk sesuatu yang lebih produktif," tambah Nezar.