Justru apa yang disampaikan oleh WhatsApp ini bagus. Ini menunjukkan transparansi apa yang mereka kumpulkan tentang kita, ujar Budi.
Cyberthreat.id – Pakar TI dan keamanan siber dari Institut Teknologi Bandung (ITB), Budi Rahardjo, mengatakan tidak perlu khawatir terkait kebijakan privasi baru WhatsApp yang akan berbagi data pengguna ke induk perusahaannya, Facebook Inc per 8 Februari 2021.
"Justru apa yang disampaikan oleh WhatsApp ini bagus. Ini menunjukkan transparansi apa yang mereka kumpulkan tentang kita," ujar Budi dalam saluran pribadinya di YouTube, Sabtu (9 Januari 2021), dikutip Cyberthreat.id, Minggu (10 Januari).
Menurut Budi, apa yang dilakukan layanan pesan instan tersebut sah-sah saja dilakukan. "Saling berbagi informasi kepada anak perusahaan Facebook atau dengan satu grup, apa saja yang mereka sharing, menurut saya normal saja, " katanya.
Terkait data-data yang dibagikan pun, menurut Budi, masih dalam kategori wajar. "Masih dalam kaidah privasi yang umum, secara global masih wajarlah," ujarnya.
Sekadar informasi, data terkait pengguna yang pasti akan dibagikan WhatsApp dengan perusahaan Facebook lainnya, antara lain: (Baca: 12 Hal yang Perlu Anda Pahami Terkait Kebijakan Privasi WhatsApp Terbaru)
Lebih lanjut, menurut Budi, pembaruan kebijakan privasi WhatsApp tersebut tidak perlu dipersoalkan. Pasalnya, “Orang Indonesia juga sebenarnya tidak terlalu peduli dengan privasi dibandingkan negara-negara lain,” tutur dia.
Baca:
Ia mencontohkan dari kebiasaan pengguna media sosial di Indonesia yang membagikan profilnya cukup lengkap, seperti tanggal lahir, data SD sampai SMA dan lain-lain. Ini berbeda dengan orang di luar negeri (Uni Eropa/AS, misal) yang, menurut dia, cenderung enggan mengisi data privat sedetail itu meski diminta di media sosial.
"Karena kita orangnya sosial, jadi privasi itu not an issue di Indonesia," ucapnya.
Budi pun menyayangkan kebiasaan sebagian orang Indonesia dengan berbagi data seperti itu. Sebab, menurut dia, seharusnya menjaga keamanan dan privasi itu tetap menjadi perhatian
Oleh karena itulah, menurut dia, dengan berkaca pada kebiasaan orang Indonesia di media sosial, tidak perlu membesar-besarkan terkait pembaruan kebijakan privasi terbaru WhatsApp.
“Tidak perlu khawatir dan tidak perlu pindah ke platform lainnya dan tetap gunakan WhatsApp,” ujar dia.
Telegram jadi pilihan
Namun, jika disuruh memilih, Budi yang cenderung lebih nyaman menggunakan komputer dibandingkan ponsel, justru memilih platform Telegram daripada WhatsApp.
Pilihan itu bukan karena kebijakan privasi terbaru WhatsApp. Menurutnya, Telegram lebih nyaman digunakan di komputer dibandingkan WhatsApp.
"Kalau mau pakai layanan di komputer, WhatsApp saya harus hidup. Jadi kalau baterainya habis, handphone saya tidak ada sinyal, meski komputer saya terhubung dengan jaringan wi-fi, saya tidak bisa buka WhatsApp," kata Budi.
Sementara di Telegram, dirinya bisa menjalankan platform dengan mudah tanpa harus aplikasinya menyala atau terkoneksi internet. Namun, Budi juga mengakui masih memakai WhatsApp.[]
Redaktur: Andi Nugroho
Demokratisasi Kecerdasan Buatan (Artificial Intelligence; AI), pada dasarnya, adalah memperluas aksesibilitas teknologi AI ke basis pengguna yang lebih luas.
Di tengah latar belakang ini, ada aspek penting yang secara halus terjalin dalam narasinya, yaitu penanganan identitas non-manusia.
"Karena kita hidup di era digital, jangan hanya menjadi konsumen, tetapi bisa dimanfaatkan untuk sesuatu yang lebih produktif," tambah Nezar.