Parler dicap oleh kedua toko aplikasi melanggar kebijakan platformnya karena cenderung tidak memoderasi konten-kontennya yang bersifat menghasut.
Cyberthreat.id – Apple mengatakan telah mendepak aplikasi media sosial Parler dari toko aplikasinya, App Store, tak lama setelah Google juga melakukan hal sama di Play Store.
Parler yang mendadak teratas di App Store menjadi aplikasi yang dipakai para pendukung Presiden Donald Trump dan beberapa tokoh konservatif AS saat kerusuhan di gedung Parlemen AS (Capitol).
Parler dicap oleh kedua toko aplikasi tersebut melanggar kebijakan platformnya karena cenderung tidak memoderasi konten-kontennya yang bersifat menghasut dan menyebarkan ancaman kekerasan.
“Kami selalu mendukung beragam sudut pandang yang ditampilkan di App Store, tetapi tidak ada tempat di platform kami untuk ancaman kekerasan dan aktivitas ilegal,” kata Apple dalam pernyataan kepada TechCrunch, diakses Minggu (10 Januari 2021).
“Parler belum mengambil langkah-langkah yang memadai untuk mengatasi penyebaran ancaman ini terhadap keselamatan orang. Kami telah menangguhkan Parler dari App Store sampai mereka menyelesaikan masalah tersebut.”
Apple juga mengirimkan pemberitahuan kepada Parler sejumlah catatan yang menjadi alasan mereka menghapus aplikasi dari toko aplikasi, antara lain:
Meski Parler tidak lagi tersedia melalui toko aplikasi, Parler masih akan tersedia bagi mereka yang telah mengunduhnya. Namun, perusahaan tidak akan dapat memperbarui aplikasi, yang berarti aplikasi tersebut pada akhirnya akan menjadi usang karena Apple memperbarui perangkat lunak iPhone.
Seperti diketahui, aplikasi itu populer dan dipakai oleh para pendukung Trump untuk menyebarkan aksi demonstrasi yang berujung penyerbuan ke gedung Capitol. Dalam aksi tersebut, lima orang, lebih dari 50 petugas polisi terluka, dan belasan orang menghadapi dakwaan federal.[]
Demokratisasi Kecerdasan Buatan (Artificial Intelligence; AI), pada dasarnya, adalah memperluas aksesibilitas teknologi AI ke basis pengguna yang lebih luas.
Di tengah latar belakang ini, ada aspek penting yang secara halus terjalin dalam narasinya, yaitu penanganan identitas non-manusia.
"Karena kita hidup di era digital, jangan hanya menjadi konsumen, tetapi bisa dimanfaatkan untuk sesuatu yang lebih produktif," tambah Nezar.