Aman atau tidaknya data pengguna sebuah layanan online tidak hanya bergantung dari keamanan perangkat, tapi juga soal perilaku pengguna.
Cyberthreat.id – Aman atau tidaknya data pengguna sebuah layanan online tidak hanya bergantung dari keamanan perangkat, tapi juga soal perilaku pengguna.
Perilaku yang tidak hati-hati atau cenderung ceroboh dengan mengakses situs-situs web rawan, instal aplikasi sembarangan, dan tidak menerapkan autentifikasi multifaktor (MFA) adalah penyebab sebuah serangan siber terjadi.
Berkaitan dengan autetifikasi multifaktor atau verifikasi beberapa langkah tersebut, yang dipakai untuk login di akun online Anda, saat ini yang paling banyak yang dipakai pengguna adalah berbasis SMS.
Padahal, kode sekali pakai (OTP) berbasis SMS tersebut tak begitu aman. Oleh karena itu, pengguna saat ini disarankan untuk memakai aplikasi pengelola password, seperti Google Authenticator, Microsoft Authenticator, atau LastPass.
Namun, bukan berarti memakai MFA berbasis SMS tidaklah bagus, Anda masih lebih baik memakainya daripada tidak sama sekali.
Jika Anda memiliki opsi, Anda mungkin ingin menggunakan aplikasi otentikasi atau, bahkan lebih baik, kunci keamanan seperti YubiKey.
Mengapa OTP berbasis SMS tidak aman? Ada sejumlah alasan yang perlu Anda perhatikan berikut ini, seperti dikutip dari TechRepublic, diakses Selasa (8 Desember 2020).
Demokratisasi Kecerdasan Buatan (Artificial Intelligence; AI), pada dasarnya, adalah memperluas aksesibilitas teknologi AI ke basis pengguna yang lebih luas.
Di tengah latar belakang ini, ada aspek penting yang secara halus terjalin dalam narasinya, yaitu penanganan identitas non-manusia.
"Karena kita hidup di era digital, jangan hanya menjadi konsumen, tetapi bisa dimanfaatkan untuk sesuatu yang lebih produktif," tambah Nezar.