BSSN meluncurkan sistem informasi penilaian kerentanan atau Vulnerability and Risk Identification (VYRA) untuk sektor pemerintah.
Cyberthreat.id – Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN) telah meluncurkan sistem informasi penilaian kerentanan atau Vulnerability and Risk Identification (VYRA) untuk sektor pemerintah.
Sistem tersebut akan menampilkan berbagai informasi terkait kerentanan sehingga lembaga pemerintah bisa meningkatkan keamanan sibernya.
Kepala Subdirektorat Identifikasi Kerentanan dan Penilaian Risiko Pemerintah Daerah Wilayah I, Eko Yon Handri mengatakan, sistem informasi tersebut berupa aplikasi berbasis web yang berisikan profil identifikasi kerentanan dan penilaian risiko sektor pemerintah, termasuk di dalamnya ditampilkan jenis-jenis kerawanan yang sering ditemukan BSSN.
Hal itu disampaikan Eko dalam diskusi kelompok terpumpun (FGD) sektor pemerintah yang dilakukan secara virtual, Senin (9 November 2020).
Dalam video peluncuran, VYRA yang bisa diakses melalui https://vyra.bssn.go.id (sementara ini hanya bisa diakses oleh kalangan pemerintah) memiliki beberapa fitur yakni:
VYRA tak hanya berguna memberikan informasi atau peringatan dini kepada sektor pemerintah terkait adanya kerawanan atau kemungkinan terjadinya ancaman serangan siber. Namun, kata Eko, data-data dari aplikasi juga menjadi salah satu kriteria penilaian instansi dengan profil identifikasi kerentanan dan penilaian risiko terbaik.
Dalam kesempatan itu, BSSN juga memberikan penghargaan bagi enam instansi pusat dan daerah terbaik berdasarkan profil risiko sistem, tingkat responsif,dan tingkat inovasi penyampaian tentang keamanan siber.
Mereka antara lain Kementerian Keuangan, Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi, Badan Pemeriksa Keuangan, Pemprov Jawa Tengah, Pemprov Jawa Barat, dan Pemprov Maluku. []
Demokratisasi Kecerdasan Buatan (Artificial Intelligence; AI), pada dasarnya, adalah memperluas aksesibilitas teknologi AI ke basis pengguna yang lebih luas.
Di tengah latar belakang ini, ada aspek penting yang secara halus terjalin dalam narasinya, yaitu penanganan identitas non-manusia.
"Karena kita hidup di era digital, jangan hanya menjadi konsumen, tetapi bisa dimanfaatkan untuk sesuatu yang lebih produktif," tambah Nezar.