Layanan itu bernama Dali yang artinya "tenaga yang kuat".
Cyberthreat.id – Setelah mempopulerkan TikTok, aplikasi berbagi video pendek, ByteDance yang berkantor pusat di Beijing, China kini menggarap layanan di sektor teknologi pendidikan (edtech).
Layanan digital pendidikan yang dikenalkan, Kamis (29 Oktober 2020) waktu setempat, itu diberi nama Dali dan dikhususkan untuk pasar China. Dalam bahasa China, Dali berarti “tenaga yang kuat”
Dorongan ByteDance memasuki ranah layanan edtech didorong oleh pandemi Covid-19 yang memaksa banyak siswa sekolah belajar dari jarak jauh selama berbulan-bulan.
Menurut CEO Dali Chen Lin, ByteDance mengklaim telah merekrut 10.000 karyawan untuk mengelola layanan.
“Kami mulai mengembangkan minat dalam industri pendidikan sejak dini. Dali Education hanyalah awal dari perjalanan panjang,” ujar Founder dan CEO ByteDance Zhang Yiming, seperti dikutip dari Reuters, diakses Jumat (30 Oktober).
ByteDance mengklaim sebetulnya telah masuk ke sektor pendidikan sejak 2016 dengan berinvestasi di startup edtech dan juga mengembangkan produk pendidikan sendiri. Perusahaan kini mengoperasikan sejumlah aplikasi yang berhubungan dengan pendidikan, mulai dari les bahasa Inggris hingga kursus langsung.
Mereka juga meluncurkan layanan kamera cerdas berbasis kecerdasan buatan yang dapat membantu orangtua membimbing anak-anak. Harga layanan sekitar antara US$ 119 hingga US$ 164 dan saat ini hanya tersedia di China.
ByteDance telah menjadikan teknologi pendidikan sebagai salah satu prioritas utamanya tahun ini bersama aplikasi video pendek TikTok, yang menghadapi tekanan untuk divestasi dari pemiliknya di tengah desakan Amerika Serikat.
ByteDance boleh dibilang terlambat masuk ke pasar pendidikan online China ketimbang Yuanfudao yang berdiri pada 2012 dan Zuoyebang (Baidu) mulai 2013.[]
Demokratisasi Kecerdasan Buatan (Artificial Intelligence; AI), pada dasarnya, adalah memperluas aksesibilitas teknologi AI ke basis pengguna yang lebih luas.
Di tengah latar belakang ini, ada aspek penting yang secara halus terjalin dalam narasinya, yaitu penanganan identitas non-manusia.
"Karena kita hidup di era digital, jangan hanya menjadi konsumen, tetapi bisa dimanfaatkan untuk sesuatu yang lebih produktif," tambah Nezar.