Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN) mendeteksi kurang lebih 325 juta serangan siber menyasar Indonesia sepanjang Januari hingga Oktober 2020.
Cyberthreat.id – Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN) mendeteksi kurang lebih 325 juta serangan siber menyasar Indonesia sepanjang Januari hingga Oktober 2020.
Untuk melindungi ancaman siber tiap waktu, Kepala BSSN, Hinsa Siburian, mengatakan, pihaknya sedang membangun pasukan untuk mengamankannya melalui Computer Security Incidents Respond Team (CSIRT).
“Kalau mengamankan darat, laut, udara itu sudah ada TNI, mengamankan ketertiban ada kepolisian, ketika mengamankan di ruang siber, maka BSSN harus punya pasukan yang disebut dengan Computer Security Incidents Respond Team (CSIRT),” kata Hinsa dalam acara BSSN-Huawei Cyber Scout Hunt bertajuk “Cyber Attack Countermeasures”, Senin (26 Oktober 2020).
Saat ini BSSN sedang proses membangun CSIRT di 121 kementerian dan lembaga. “Ini lah sebagai pasukannya untuk mengamankan siber di masing-masing kementerian dan lembaga,” ujarnya.
Ancaman di ruang siber pun, kata Hinsa, ada dua sifat yakni physical-virtual asset dan positional asset.
Terkait physical-virtual asset, Hinsa mengatakan, tujuan penyerang ialah merusak atau mengganggu sistem yang ada. Sementara, positional asset, Hinsa mencontohkannya, seperti hoaks atau masifnya informasi di ruang siber yang dapat mengubah pendapat, opini, sikap, dan motivasi seseorang atau kelompok masyarakat.
Hinsa pun mendorong masyarakat untuk memanfaatkan ruang siber dengan baik dan menjunjung nilai, adat istiadat, budaya bangsa Indonesia.[]
Redaktur: Andi Nugroho
Demokratisasi Kecerdasan Buatan (Artificial Intelligence; AI), pada dasarnya, adalah memperluas aksesibilitas teknologi AI ke basis pengguna yang lebih luas.
Di tengah latar belakang ini, ada aspek penting yang secara halus terjalin dalam narasinya, yaitu penanganan identitas non-manusia.
"Karena kita hidup di era digital, jangan hanya menjadi konsumen, tetapi bisa dimanfaatkan untuk sesuatu yang lebih produktif," tambah Nezar.