Huawei Technologies mengatakan akan melakukan apa saja untuk memperkuat rantai pasokannya yang telah "diserang".
Cyberthreat.id – Huawei Technologies mengatakan akan melakukan apa saja untuk memperkuat rantai pasokannya yang telah "diserang".
Hal itu disampaikan Guo Ping, Ketua Bergilir Huawei (rotating chairman) dalam acara tahunan Huawei Connect, yang mempertemukan para pembuat perangkat telepon pintar dan telekomunikasi China di Shanghai, Rabu (23 September 2020), seperti dikutip dari Reuters.
Sayangnya, Guo Ping tak menjelaskan apa maksud dari “serangan” tersebut.
Namun, publik bisa memahami apa yang disampaikannya. Selama setahun terakhir, bisnis Huawei ditekan Amerika Serikat dengan alasan perangkat 5G-nya mengancam keamanan nasional AS.
Huawei berkali-kali membantah bahwa perusahaannya berhubungan dengan intelijen pemerintah China meski pendiri Huawei, Ren Zhengfei, berlatar belakang anggota Tentara Pembebasan Rakyat (People's Liberation Arm/PLA) 1974-1982.
Terkahir, pada Agustus lalu, AS kembali membatasi ketat pasokan dari produsen chip ke Huawei. Akibatnya, per 15 September ini, perusahaan akan berhenti memproduksi chip paling canggih buatanya: Kirin. Padahal, Kirin adalah chip yang mendukung ponsel kelas atas Huawei. Inilah yang menjadi kekhawatiran divisi telepon pintar Huawei.
Namun, pembatasan tersebut masih memungkinkan perusahaan chip untuk mengajukan lisensi ke otoritas AS dan menerima izin agar tetap memasok Huawei. Beberapa produsen telah mencoba memanfaatkan kebijakan tersebut.
Intel mengatakan telah menerima lisensi untuk memasok produk tertentu ke Huawei. Semiconductor Manufacturing International Corp (SMIC), yang menggunakan mesin asal AS untuk memproduksi chip bagi Huawei, juga mengatakan telah mengajukan izin.
Awal September lalu, Huawei meluncurkan Harmony OS baru, sistem operasi yang diharapkan dapat digunakan sebagai pengganti Android karena Google telah dilarang memberikan pembaruan kepada Huawei.
Sistem operasi itu akan diluncurkan pertama kali pada perangkat internet-of-things (IoT) dan kemudian pada smartphone menjelang akhir tahun, kata perusahaan.[]
Demokratisasi Kecerdasan Buatan (Artificial Intelligence; AI), pada dasarnya, adalah memperluas aksesibilitas teknologi AI ke basis pengguna yang lebih luas.
Di tengah latar belakang ini, ada aspek penting yang secara halus terjalin dalam narasinya, yaitu penanganan identitas non-manusia.
"Karena kita hidup di era digital, jangan hanya menjadi konsumen, tetapi bisa dimanfaatkan untuk sesuatu yang lebih produktif," tambah Nezar.