Pertumbuhan ekonomi digital harus dibarengi dengan kesadaran keamanan siber (cybersecurity) dari para pelaku usaha, khususmua sektor UKM.
Cyberthreat.id – Kasubdit Proteksi Informasi Perdagangan Elektronik Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN), Baderi, mengatakan, Indonesia saat ini menjadi pasar terbesar perniagaan elektronik (niaga-el) di Asia Tenggara.
Namun, pertumbuhan ekonomi digital ini harus dibarengi dengan kesadaran keamanan siber (cybersecurity).
Sebab, kata Baderi, Data Breach Investigation Report (2019) yang dikeluarkan Verizon, perusahaan telekomunikasi, menyebutkan, sebanyak 43 persen UKM menjadi target dari serangan siber.
Lalu, hanya 14 persen yang mampu memitigasi dari serangan siber yang diderita. Bahkan, 60 persen bisinis kecil mengalami kebangkrutan setelah enam bulan menderita insiden siber.
Berita Terkait:
"Untuk itu, sangat penting bagi para pelaku UKM memahami soal keamanan siber dan menjaga keamanan informasinya," ujar Baderi dalam sedaring bertajuk “Bimbingan Teknis Penerapan Keamanan Informasi E-Commerce Bagi Pelaku UKM” yang digelar melalu platform lokal Jumpa.id, Senin (24 Agustus 2020).
Dalam catatan BSSN, kata dia, sejumlah seragan siber yang menargetkan pelaku UKM di Indonesia, seperti defacement attack, pencurian data, serangan Cross-site scripting (XXS), phishing, DDoS, ransomware, malware, SQL Injection, dan insider attack.
Untuk memberikan pemahaman soal keamanan informasi, Baderi mengatakan, BSSN telah membuat Pedoman Manajemen Keamanan Informasi (Paman Kami) yang sederhana.
“Paman Kami” ini telah disesuaikan dengan para pelaku UKM yang baru mulai, merintis, atau mengembangkan ekonomi online.
Berikut hal-hal yang bisa diterapkan oleh para pelaku UKM untuk melindungi perangkatnya dari berbagai ancaman siber:
Redaktur: Andi Nugroho
Demokratisasi Kecerdasan Buatan (Artificial Intelligence; AI), pada dasarnya, adalah memperluas aksesibilitas teknologi AI ke basis pengguna yang lebih luas.
Di tengah latar belakang ini, ada aspek penting yang secara halus terjalin dalam narasinya, yaitu penanganan identitas non-manusia.
"Karena kita hidup di era digital, jangan hanya menjadi konsumen, tetapi bisa dimanfaatkan untuk sesuatu yang lebih produktif," tambah Nezar.