Tak hanya di Amerika, Oracle juga menyatakan tertarik untuk mengambil alih operasional TikTok di Kanada, Australia dan Selandia Baru.
Cyberthreat.id - Produsen perangkat lunak Oracle Corporation dilaporkan telah menyatakan minatnya untuk mengakuisisi TikTok, menurut laporan Financial Times seperti dikutip Reuters, Selasa (18 Agustus 2020).
Tak hanya mengincar wilayah operasional TikTok di Amerika Serikat, Oracle juga menyatakan tertarik untuk mengambil alih operasional TikTok di Kanada, Australia dan Selandia Baru.
Oracle bekerja dengan beberapa investor AS yang sudah memiliki saham di induk TikTok, ByteDance. Mereka termasuk General Atlantic dan Sequoia Capital.
Awal bulan ini, Twitter juga dilaporkan telah mendekati ByteDance untuk menyatakan minat mengakuisisi operasional TikTok di Amerika, setelah sebelumnya Microsoft juga melakukan hal serupa.
Microsoft telah menyatakan tertarik untuk membeli TikTok di Eropa dan India di tengah larangan yang diberlakukan oleh pemerintah India setelah konflik perbatasan antara China dan India. Namun, ByteDance menolak ide menjual aset apa pun selain yang ada di Amerika Serikat, Kanada, Australia, dan Selandia Baru.
Presiden Amerika Serikat Donald Trump pekan lalu merintahkan ByteDance untuk melepas operasional aplikasi video itu di Amerika Serikat dalam waktu 90 hari lantaran kekhawatiran tentang keamanan data pribadi warga Amerika pengguna TikTok.[]
Demokratisasi Kecerdasan Buatan (Artificial Intelligence; AI), pada dasarnya, adalah memperluas aksesibilitas teknologi AI ke basis pengguna yang lebih luas.
Di tengah latar belakang ini, ada aspek penting yang secara halus terjalin dalam narasinya, yaitu penanganan identitas non-manusia.
"Karena kita hidup di era digital, jangan hanya menjadi konsumen, tetapi bisa dimanfaatkan untuk sesuatu yang lebih produktif," tambah Nezar.