Tahun lalu FBI menyebut komunitas QAnon sebagai komunitas "lepas" yang memiliki potensi ancaman dan teror keamanan domestik
Cyberthreat.id - Investigasi internal Facebook mengungkap ribuan grup dan halaman (page) dengan jutaan anggota dan pengikut yang mendukung teori konspirasi QAnon. Menurut laporan yang diterbitkan NBC pada Senin (10 Agustus 2020), 10 grup Facebook teratas terkait QAnon memiliki lebih dari satu juta anggota, sedangkan grup dan halaman yang tersisa diperkirakan memiliki angka total melewati 3 juta pendukung.
Namun, laporan tersebut tidak menjelaskan berapa banyak pengguna yang menjadi anggota dari beberapa halaman atau satu anggota bergabung di beberapa grup QAnon.
Teori QAnon mengemukakan bahwa Presiden AS Donald Trump dan pihak militer bekerja sama untuk mengekspos komplotan rahasia bayangan di media, hiburan, dan politik yang saat ini menjalankan dunia dan skema perdagangan anak besar-besaran.
Teori tersebut telah berkembang dengan memasukkan lusinan konspirasi lain di bawah payung besarnya. Kemudian tersebar masif secara online dalam beberapa tahun terakhir di tempat-tempat seperti Facebook dan media sosial lainnya.
Tahun lalu FBI menyebut komunitas (QAnon) ini sebagai komunitas "lepas" dan bisa dimasukkan sebagai potensi maupun ancaman maupun teror domestik.
QAnon telah memasuki arus utama media dalam setahun terakhir. Bahkan beberapa kandidat Kongres dari Partai Republik telah menyatakan dukungan terhadap teori tersebut termasuk digunakan untuk memenangkan pemilihan dan meraih suara.
Facebook diharapkan bisa bertindak tegas atas konten ataupun kelompok pendukung QAnon. Bulan lalu Twitter sudah melarang konten QAnon dan menegaskan bakal sapu bersih terhadap konten yang mengganggu.
Twitter juga berjanji untuk mengecualikan akun dan konten yang terkait dengan QAnon dari saluran komunikasi lain seperti email. Misalnya email yang mendorong atau merekomendasikan konten QAnon. []
Demokratisasi Kecerdasan Buatan (Artificial Intelligence; AI), pada dasarnya, adalah memperluas aksesibilitas teknologi AI ke basis pengguna yang lebih luas.
Di tengah latar belakang ini, ada aspek penting yang secara halus terjalin dalam narasinya, yaitu penanganan identitas non-manusia.
"Karena kita hidup di era digital, jangan hanya menjadi konsumen, tetapi bisa dimanfaatkan untuk sesuatu yang lebih produktif," tambah Nezar.