Merespon pernyataan Pompeo, TikTok mengatakan kepada Reuters tidak pernah memberikan data pengguna ke Cina.
Cyberthreat.id - Menteri Luar Negeri Amerika Serikat, Mike Pompeo, mempertimbangkan untuk memblokir aplikasi media sosial buatan Cina, termasuk TikTok yang dituding membagikan data pengguna dengan pemerintah China, meskipun TikTok telah membantahnya.
"Saya tidak ingin mendahului Presiden (Donald Trump), tapi ini sesuatu yang sedang kami perhatikan," kata Pompeo dalam wawancara dengan Fox News, seperti dikutip Reuters, Selasa (7 Juli 2020).
Pembuat kebijakan di Amerika khawatir terkait cara TikTok mengelola data pengguna. Menurut mereka, peraturan di Cina meminta perusahaan untuk mendukung dan bekerja sama dengan intelijen yang diatur oleh Partai Komunis Cina. Itu sebabnya, mereka khawatir data pengguna akan dibagikan ke pemerintah Cina.
Ketika ditanya apakah akan merekomendasikan orang-orang mengunduh dan menggunakan TikTok, Pompeo menjawab,"Hanya jika Anda mau informasi pribadimu berada di tangan Partai Komunis China."
Merespon pernyataan Pompeo, TikTok mengatakan kepada Reuters tidak pernah memberikan data pengguna ke Cina.
"Kami tidak punya prioritas selain mempromosikan pengalaman menggunakan aplikasi yang aman bagi pengguna kami. Kami tidak pernah memberikan data ke pemerintah Cina, juga tidak akan melakukannya meski pun diminta," kata TikTok.
Pernyataan Pompeo ini muncul di tengah meningkatnya tensi antar kedua negara terkait virus corona, sengketa Laut China Selatan, dan perang dagang.
Baru-baru ini, pemerintah India juga telah melarang TikTok dan 58 aplikasi lain buatan Cina, setelah konflik di perbatasan India dan Cina.
TikTok dalam waktu dekat juga akan keluar dari Hong Kong, setelah Cina memperbarui undang-undang keamanan.[]
Demokratisasi Kecerdasan Buatan (Artificial Intelligence; AI), pada dasarnya, adalah memperluas aksesibilitas teknologi AI ke basis pengguna yang lebih luas.
Di tengah latar belakang ini, ada aspek penting yang secara halus terjalin dalam narasinya, yaitu penanganan identitas non-manusia.
"Karena kita hidup di era digital, jangan hanya menjadi konsumen, tetapi bisa dimanfaatkan untuk sesuatu yang lebih produktif," tambah Nezar.