Sebuah video porno muncul di seminar virtual sosialisasi Pilkada 2020 yang digelar Komisi Pemilihan Umum Sumatera Barat pada Senin (22 Juni 2020).
Cyberthreat.id – Sebuah video porno muncul di seminar virtual sosialisasi Pilkada 2020 yang digelar Komisi Pemilihan Umum Sumatera Barat pada Senin (22 Juni 2020).
Gangguan muncul ketika seminar via aplikasi Zoom tersebut akan berakhir. “Menjelang masuk sesi diskusi terakhir sebelum penutupan beberapa akun peserta masuk dengan suara yang ribut dan video porno,” demikian tulis Antaranews.com diakses Selasa (23 Juni).
Butuh beberapa menit tim teknologi informasi KPU Sumbar untuk “menormalkan” seminar dari pembuat onar. Setelah akun pengganggu hilang, moderator acara langsung meminta maaf atas kejadian tersebut dan langsung menutup kegiatan.
Ketua Divisi Teknis Penyelenggaraan Pemilu KPU Sumbar Izwaryani mengatakan, insiden tersebut menjadi pengalaman pertama kali KPU sebagai penyelenggara seminar virtual.
“Biasanya kami kan meeting internal. Jadi, enggak share meeting ID ke publik. Karena acaranya sosialisasi terbuka, kami share ke ruang publik. Rupaya ada bule yang menyusup,” ujar dia seperti dikutip dari Media Indonesia.
Seminar tersebut dihadiri oleh perwakilan Pemprov Sumbar, Polda Sumbar, Danrem, Bawaslu, Lantamal II Teluk Bayur, Lanud Sutan Sjahrir, Kejaksaan, Pengadilan, Partai Politik , ormas, dan media massa.
Untuk kesekian kalinya “Zoombombing”–istilah khusus untuk menyebut adanya keonaran di pertemuan Zoom, biasanya berupa caci maki rasialis, gambar atau video porno–terjadi lagi di Indonesia.
Berita Terkait:
Insiden Zoombombing terakhir yang terekspose media massa adalah saat persidangan terkait gugatan pemadaman internet di Papua dan Papua Barat yang digelar Pengadilan Tata Usaha Negara Jakarta. (Baca: Zoombombing di Sidang Putusan Blokir Internet Papua: Lagi-lagi kok Masih Terjadi?)[]
Demokratisasi Kecerdasan Buatan (Artificial Intelligence; AI), pada dasarnya, adalah memperluas aksesibilitas teknologi AI ke basis pengguna yang lebih luas.
Di tengah latar belakang ini, ada aspek penting yang secara halus terjalin dalam narasinya, yaitu penanganan identitas non-manusia.
"Karena kita hidup di era digital, jangan hanya menjadi konsumen, tetapi bisa dimanfaatkan untuk sesuatu yang lebih produktif," tambah Nezar.