Secara total, serangan siber berdampak terhadap 11 pabrik Honda, termasuk lima operasional pabrik di AS
Cyberthreat.id - Pabrik Honda di Turki, Brasil, dan India terpaksa menghentikan operasionalnya ketika produsen mobil raksasa Jepang itu berjuang untuk bisa pulih dari serangan cyber. Insiden itu telah mempengaruhi beberapa pabrik di seluruh dunia.
"Serangan cyber terjadi pada awal pekan ini menargetkan server internal Honda kemudian menyebarkan virus melalui sistem perusahaan," ungkap seorang juru bicara Honda kepada AFP, Rabu (10 Juni 2020).
Pabrik kendaraan roda empat di Turki dan pabrik sepeda motor di India dan Brasil langsung menyetop operasional setelah serangan tersebut.
Hingga saat ini, Honda masih berjuang memulihkan sistemnya dan terus "masih menyelidiki detail" insiden.
Menurut laporan media Jepang, secara total, serangan siber mempengaruhi 11 pabrik Honda - termasuk lima di Amerika Serikat (AS).
Bedanya, semua pabrik AS telah kembali beroperasi meskipun perusahaan menolak untuk memberikan penjelasan lebih lanjut.
Juru bicara Honda juga mengatakan "penangguhan operasional pabrik hanya berdampak terbatas pada bisnis Honda secara global".
Seluruh produsen otomotif global di berbagai negara, termasuk Honda, mengalami pukulan telak akibat penurunan penjualan sebagai dampak dari pandemi Covid-19.
Bulan lalu, Honda melaporkan penurunan laba bersih 25,3 persen dari tahun sebelumnya karena penjualan turun enam persen menjadi 14,9 triliun yen ($ 138 miliar) pada tahun fiskal yang berakhir pada bulan Maret.
Insiden ini bukan pertama kalinya operasional Honda terganggu oleh serangan cyber. Juli 2017, Honda pernah menutup sementara sebuah pabrik mobilnya di Jepang setelah menjadi korban ransomware WannaCry.
Ketika itu, WannaCry masuk ke jaringan Honda di berbagai wilayah, mulai dari Jepang, Amerika Utara, Eropa, dan China. Sejak saat itu perusahaan telah memperkuat keamanan cyber setelah WannaCry pertama kali muncul di bulan Mei 2017, namun insiden lebih besar terjadi pada 2020.
Demokratisasi Kecerdasan Buatan (Artificial Intelligence; AI), pada dasarnya, adalah memperluas aksesibilitas teknologi AI ke basis pengguna yang lebih luas.
Di tengah latar belakang ini, ada aspek penting yang secara halus terjalin dalam narasinya, yaitu penanganan identitas non-manusia.
"Karena kita hidup di era digital, jangan hanya menjadi konsumen, tetapi bisa dimanfaatkan untuk sesuatu yang lebih produktif," tambah Nezar.