Portal berita literasi ancaman siber Cyberthreat.id menggelar diskusi dengan tema: Intelijen di Era Digital
Peperangan yang dulunya identik dengan peluru, bom, dan teknologi persenjataan. Namun kini telah bergeser seiring dengan perkembangan teknologi. Peperangan konvensional beralih di medan perang terbuka ke peperangan di ruang siber.
Pada 2017 lalu, ada 205.502.159 kali serangan siber yang menyerbu pertahanan digital Indonesia. Serangan ini mulai dari hoax, peretasan terhadap Komisi Pemilihan Umum (KPU), peretasan website pemerintah dan BUMN, hingga serangan ransomware yang secara langsung meminta tebusan kepada masyarakat.
Buku "Intelijen di Era Digital: Prospek dan Tantangan Membangun Ketahanan Nasional" karya Ngasiman Djojonegoro, mencatat hal tesebut dengan pendekatan ilmiah populer. Buku tersebut mencoba mengulas isu-isu penting dan genting dalam dunia intelijen, terutama yang berkaitan dengan spionase di ruang siber.
Untuk mengulas hal tersebut, portal berita literasi ancaman siber Cyberthreat.id menggelar diskusi dengan tema "Intelijen di Era Digital"
Berikut siaran live streamingnya. Klik "Tonton video ini di YouTube"
Demokratisasi Kecerdasan Buatan (Artificial Intelligence; AI), pada dasarnya, adalah memperluas aksesibilitas teknologi AI ke basis pengguna yang lebih luas.
Di tengah latar belakang ini, ada aspek penting yang secara halus terjalin dalam narasinya, yaitu penanganan identitas non-manusia.
"Karena kita hidup di era digital, jangan hanya menjadi konsumen, tetapi bisa dimanfaatkan untuk sesuatu yang lebih produktif," tambah Nezar.