Di sana terlihat datanya antara lain mencakup NIK, nama lengkap, jenis kelamin, tempat tanggal lahir, agama, nama lengkap ibu, dan nama lengkap ayah.
Cyberthreat.id - Belum lagi jelas penyelesaian kebocoran data dari KPU dan marketplace Indonesia seperti Tokopedia dan Bhinneka.com, kini muncul kabar kebocoran data menimpa database Kementerian Pendidikan dan kebudayaan.
Adalah pendiri komunitas Ethical Hacker Indonesia, Teguh Aprianto, yang mengungkapkan hal itu di akun Twitter-nya, Rabu (27 Mei 2020).
Teguh melampirkan sebuah tangkapan layar yang tampaknya berasal dari sebuah forum peretasan. Tangkapan layar itu memperlihatkan ada orang yang merilis sampel data yang disebut dari database Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
"Sebuah basis data orang Indonesia dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Sepertinya ini dari 2015," tulis orang yang mengunggah sampel data itu, seperti dikutip oleh Teguh Aprianto.
Disebutkan, sampel data itu dalam format CSV. Di sana terlihat datanya antara lain mencakup NIK, nama lengkap, jenis kelamin, tempat tanggal lahir, status pernikahan, agama, nama lengkap ibu, dan nama lengkap ayah.
Data pribadi sangat rentan disalahgunakan jika jatuh ke tangan yang tak berhak. Apalagi nama ibu kandung. Seperti diketahui, nama ibu kandung adalah salah satu pertanyaan verifikasi yang diajukan ketika berurusan dengan perbankan.
Kabar kebocoran ini sudah tersebar ke grup Whatsapp dosen seluruh Indonesia. Mereka khawatir data mereka digunakan secara ilegal nanti.
Cyberthreat.id masih berupaya menghubungi Teguh untuk mendapatkan gambaran lebih detail tentang asal usul data itu.
Belum diperoleh konfirrmasi dari pihak Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.[]
Demokratisasi Kecerdasan Buatan (Artificial Intelligence; AI), pada dasarnya, adalah memperluas aksesibilitas teknologi AI ke basis pengguna yang lebih luas.
Di tengah latar belakang ini, ada aspek penting yang secara halus terjalin dalam narasinya, yaitu penanganan identitas non-manusia.
"Karena kita hidup di era digital, jangan hanya menjadi konsumen, tetapi bisa dimanfaatkan untuk sesuatu yang lebih produktif," tambah Nezar.