Masih banyak orang yang belum memahami betapa berisikonya data pribadi yang bocor secara bebas di internet.
Jakarta, Cyberthreat.id – Masih banyak orang yang belum memahami betapa berisikonya data pribadi, seperti nama pengguna, kata sandi, alamat rumah, email, dan lain-lain yang bocor dan terbaca bebas di internet.
Data-data pribadi semacam itu sangat disukai oleh penjahat siber. Setidaknya dalam riwayat kejahatan siber, data-data seperti itu cenderung dipakai dalam dua hal, yaitu
Pertama, pembajakan (takeover) akun online.
Kejahatan yang terjadi dengan data-data pribadi yang bocor itu dapat memungkinkan pembajakan atau pengambilalihan terhadap akun-akun online di platform e-commerce, dompet digital, atau perbankan/finansial.
Karena akun-akun online tersebut bisa saja masih berisi saldo dari pengisian dompet digital atau terkoneksi dengan kartu kredit. Di sinilah, kejahatan penipuan keuangan sangat rentan terjadi.
Menurut Investopedia, penipuan keuangan terjadi ketika seseorang mengambil uang atau aset lain dari Anda melalui penipuan atau aktivitas kriminal. Dalam konteks ini, pelaku kejahatan dapat menggunakan akun finansial Anda untuk melakukan transaksi diluar persetujuan Anda atau melakukan pencurian demi keuntungan finansial yang didapatkan.
Berita Terkait:
Kedua, serangan yang ditargetkan.
Serangan ini ditujukan pada satu orang atau sekelompok kecil orang tertentu. Dalam serangan yang ditargetkan, berbekal data-data pribadi pengguna Tokopedia, penjahat siber kemungkinan dapat melakukan beberapa hal, seperti rekayasa sosial (social engineering) yang dikombinasikan dengan perangkat lunak jahat (malware), phishing, dan SIM swap. Berikut penjelasannya:
Itulah sejumlah risiko yang kemungkinan bisa dimanfaatkan oleh penjahat siber jika data-data pribadi kita yang bocor telah dikuasi oleh mereka.[]
Redaktur: Andi Nugroho
Demokratisasi Kecerdasan Buatan (Artificial Intelligence; AI), pada dasarnya, adalah memperluas aksesibilitas teknologi AI ke basis pengguna yang lebih luas.
Di tengah latar belakang ini, ada aspek penting yang secara halus terjalin dalam narasinya, yaitu penanganan identitas non-manusia.
"Karena kita hidup di era digital, jangan hanya menjadi konsumen, tetapi bisa dimanfaatkan untuk sesuatu yang lebih produktif," tambah Nezar.