Selain pemblokiran domain, ke depan Bappebti akan memblokir media yang digunakan untuk melakukan promosi, seperti media sosial YouTube.
Jakarta, Cyberthreat.id – Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi (Bappebti) Kementerian Perdagangan RI memblokir 114 situs web pialang berjangka ilegal.
Dengan pemblokiran itu, Bappebti telah memblokir 217 situs web sepanjang April 2020. Kepala Bappebti Tjahya Widayanti mengatakan, pengawasan dan pengamatan tetap berjalan meski bekerja dari rumah (work from home).
"Bappebti akan terus mempersempit ruang gerak entitas-entitas ilegal. Selain pemblokiran domain ke depan Bappebti akan memblokir media yang digunakan untuk melakukan promosi, seperti media sosial YouTube," ujar Tjahya dalam siaran persnya di Jakarta, Kamis (7 Mei 2020).
Sementara, Kepala Biro Peraturan Perundang-undangan dan Penindakan Bappebti, M. Syist menuturkan, institusinya juga menindak situs-situs web yang memfasilitasi pembukaan akun ke broker luar negeri.
Pembukaan akun itu dilarang karena melanggar ketentuan regulasi di bidang Perdagangan Berjangka Komoditi, kata dia.
Selain penawaran investasi mata uang, indeks saham, dan komoditi, kata Syist, juga marak penawaran investasi berkedok menambang mata uang kripto (cryptocurrency).
Calon konsumen akan ditawari dengan paket-paket sesuai dengan kemampuannya dan mendaftar melalui situs web mereka agar dapat melakukan aktivitas menambang kripto.
“Penawaran-penawaran itu selain melalui internet, juga melalui WhatsApp Group (WAG. Perekrutannya calon peserta dilakukan dengan sistem berjenjang atau skema piramida,” ujar Syist.
Menurut Syist, investasi dengan skema tersebut berpotensi besar merupakan skema penipuan (scam) dan dana yang terkumpul umumnya akan dibawa kabur oleh pihak yang tidak bertanggung jawab.
Ia mengimbau agar masyarakat selalu mengecek atas legalitas pialang berjangka dan tidak tergiur dengan janji keuntungan yang di luar kewajaran.[]
Redaktur: Andi Nugroho
Demokratisasi Kecerdasan Buatan (Artificial Intelligence; AI), pada dasarnya, adalah memperluas aksesibilitas teknologi AI ke basis pengguna yang lebih luas.
Di tengah latar belakang ini, ada aspek penting yang secara halus terjalin dalam narasinya, yaitu penanganan identitas non-manusia.
"Karena kita hidup di era digital, jangan hanya menjadi konsumen, tetapi bisa dimanfaatkan untuk sesuatu yang lebih produktif," tambah Nezar.