Salah satu alasan yang mendasari kebijakan ini adalah peretasan terhadap akun CEO Twitter Jack Dorsey yang terjadi akhir Agustus 2019
Cyberthreat.id - Twitter akan mematikan layanan berbasis SMS di sebagian besar negara karena alasan keamanan. Awalnya Twitter memberikan layanan berbasis SMS untuk pengguna dengan cara mengirimkan SMS yang bisa dikonversi menjadi cuitan.
Jumlah karakter juga dibatasi hanya 140 karakter saja. Kini, layanan tersebut dimatikan karena Twitter melihat kerentanan di SMS.
"Kami telah melihat kerentanan di SMS sehingga kami mematikan (layanan) Twitter kami melalui SMS kecuali untuk beberapa negara," demikian cuitan @TwitterSupport, Selasa (28 April 2020).
Twitter sebenarnya belum mengetahui sepenuhnya kerentanan pada fitur SMS yang sudah jarang digunakan oleh pengguna. Salah satu alasan kuat Twitter mematikan layanan SMS adalah pembajakan akun CEO Twitter, Jack Dorsey, yang terjadi Agustus tahun lalu.
Ketika itu hacker berhasil melakukan SIM Swapping dan menguasai nomor milik Dorsey lalu mengirim teks dengan memanfaatkan fitur SMS tersebut.
Meski pengguna tidak bisa lagi mengirim cuitan atau menerima notifikasi melalui SMS, Twitter mengatakan pengguna tetap bisa menggunakan SMS untuk menerima kode two-factor authentication (2FA). Meskipun kode otentikasi berbasis teks ini sudah pernah beberapa kali dimanfaatkan oleh penyerang SIM Swapping.
"Semua orang masih akan memiliki akses ke pesan SMS penting yang diperlukan untuk masuk dan mengelola akun mereka."
Keputusan Twitter untuk mematikan fitur cuitan berbasis SMS mendapat beberapa penolakan. Banyak pengguna mengungkapkan layanan SMS berguna dalam situasi seperti pemadaman listrik ketika konektivitas internet menurun. []
Redaktur: Arif Rahman
Demokratisasi Kecerdasan Buatan (Artificial Intelligence; AI), pada dasarnya, adalah memperluas aksesibilitas teknologi AI ke basis pengguna yang lebih luas.
Di tengah latar belakang ini, ada aspek penting yang secara halus terjalin dalam narasinya, yaitu penanganan identitas non-manusia.
"Karena kita hidup di era digital, jangan hanya menjadi konsumen, tetapi bisa dimanfaatkan untuk sesuatu yang lebih produktif," tambah Nezar.