Di tengah kekhawatiran privasi tentang pelacakan kontak terkait dengan virus corona, Apple dan Google mengumumkan perlindungan baru ke sistem mereka.
Cyberthreat.id – Di tengah kekhawatiran privasi tentang pelacakan kontak terkait dengan virus corona, Apple dan Google mengumumkan perlindungan baru ke sistem mereka, Jumat (24 April 2020).
Menurut perusahaan, angka-angka yang mengidentifikasi pengguna akan dihasilkan secara acak. Kekuatan sinyal Bluetooth dan model telepon pengguna akan dienkripsi bersama dengan data primer tentang siapa yang berada di dekatnya, tulis Reuters.
Sistem berbasis teknologi Bluetooth itu akan mengingatkan orang-orang yang berada di dekat mereka yang telah dites positif virus corona. Sistem ini juga tidak menggunakan data lokasi GPS dan menyimpan data sensitif.
Namun, sejumlah pegiat kebebasan privasi masih tetap mengkhawatirkan tentang bagaimana data akan digunakan. Hal sama juga dikhawatirkan peneliti kesehatan bahwa sistem deteksi itu bisa tidak efektif karena bagaimana jika terjadi peringatan palsu dari tetangga atau orang yang lewat di ruang publik.
Antarmuka pemrograman aplikasi (API) pelacakan kontak yang sedang dikembangkan oleh Google dan Apple kemungkinkan dirilis pekan depan, menurut laporan surat kabar Prancis Les Echos.
Sejumlah negara telah menggunakan teknologi Bluetooth untuk memperingatkan orang-orang di sekitar zona merah. Di Indonesia, Kementerian Komunikasi dan Informatika menyarankan agar masyarakat menginstal aplikasi PeduliLindungi. Aplikasi ini mirip dengan aplikasi TraceTogether yang dipakai oleh Singapura.
Korea Selatan lebih dulu menggunakan pelacakan kontak digital untuk meredam penyakit, memetakan melalui data GPS, kamera pengintai, dan memperingatkan siapa saja yang telah melakukan kontak dengan mereka yang dinyatakan positif Covid-19.[]
Redaktur: Andi Nugroho
Demokratisasi Kecerdasan Buatan (Artificial Intelligence; AI), pada dasarnya, adalah memperluas aksesibilitas teknologi AI ke basis pengguna yang lebih luas.
Di tengah latar belakang ini, ada aspek penting yang secara halus terjalin dalam narasinya, yaitu penanganan identitas non-manusia.
"Karena kita hidup di era digital, jangan hanya menjadi konsumen, tetapi bisa dimanfaatkan untuk sesuatu yang lebih produktif," tambah Nezar.