Zoom Video Communication Inc pekan ini akan merilis aplikasi Zoom versi 5.0 yang diyakini lebih aman dan menjaga privasi.
Cyberthreat.id – Zoom Video Communication Inc pekan ini akan merilis aplikasi Zoom versi 5.0 yang diyakini lebih aman dan menjaga privasi.
Salah satu yang dikenalkan adalah dukungan enkripsi AES 256-bit GCM. Dengan enkripsi ini, Zoom mengklaim akan memberikan peningkatan proteksi data rapat dan ketahanan dari gangguan.
Pembaruan versi terbaru itu merupakan bagian dari “90 Hari Program Keamanan Zoom”.
Zoom menjadi “jawara” aplikasi telekonferensi video selama pandemi Covid-19. Kenaikan pengguna Zoom naik drastis: 200 juta pengguna aktif harian pada Maret lalu dari 10 juta pengguna pada Desember 2019.
Namun, sejak bulan lalu, Zoom dikritik banyak pihak lantaran faktor keamanan dan privasi yang masih lemah. CEO Zoom Eric S. Yuan pun menggandeng mantan kepala keamanan Facebook, Alex Stammos dan sejumlah pakar komputer lain untuk memperbaiki aplikasinya.
“Saya bangga mencapai langkah ini dalam rencana 90 hari kami, tetapi ini baru permulaan,” Eric menjelaskan tentang capaian barunya seperti dikutip di blog perusahaan, Rabu (22 April 2020).
“Kami membangun bisnis untuk memberikan kebahagiaan kepada pelanggan kami [...] dengan fokus kami untuk menyediakan platform yang paling aman," kata Eric.
Sementara itu, Chief Product Officer (CPO) Zoom, Oded Gal, mengatakan, perusahaan telah meninjau ulang secara menyeluruh terkait dengan keamanan dan privasi platform.
“Dari jaringan hingga fitur, kami setel melalui pengawasan ketat. Salah satunya, enkripsi AES 256-bit GCM yang akan meningkatkan standar untuk mengamankan data pengguna,” ujar dia.
Ia juga menyinggung ikon baru “Security” yang ditempatkan di bilah menu rapat. “Dengan jutaan pengguna baru, [ikon] ini akan memastikan mereka memiliki akses instan ke kontrol keamanan dalam pertemuan Zoom mereka,” ujar dia.
Berikut ini hal baru dalam Zoom 5.0:
Demokratisasi Kecerdasan Buatan (Artificial Intelligence; AI), pada dasarnya, adalah memperluas aksesibilitas teknologi AI ke basis pengguna yang lebih luas.
Di tengah latar belakang ini, ada aspek penting yang secara halus terjalin dalam narasinya, yaitu penanganan identitas non-manusia.
"Karena kita hidup di era digital, jangan hanya menjadi konsumen, tetapi bisa dimanfaatkan untuk sesuatu yang lebih produktif," tambah Nezar.