Sebelum menjadi “bintang utama aplikasi” selama kuartal pertama 2020, tak ada yang menyoroti Zoom sedetail saat ini.
Cyberthreat.id – Aplikasi rapat jarak jauh berbasis video, Zoom, buatan Eric Yuan ini sedang moncer-moncernya. Eric adalah salah orang superkaya di jagat ini. Ia masuk daftar pengusaha “klub tiga koma”—orang dengan kekayaan di atas US$ 1 miliar—bersama bos Amazon Inc. Jeff Bezos dan Pendiri Microsoft Bill Gates.
Bayangkan, pengguna harian Zoom mencapai 200 juta pada Maret lalu, naik 20 kali lipat dari Desember 2019 yang baru menyentuh 10 juta pengguna. Lonjakan tajam itu, jika boleh dikata, berkat Covid-19.
Orang-orang bekerja jarak jauh. Anak-anak sekolah harus belajar daring. Semua itu demi menghambat penyebaran wabah semakin meluas.
Eric patut bersyukur, di kala bisnis lain merosot dilanda wabah virus corona baru, aplikasinya di deretan puncak toko aplikasi (Apple Store dan Google Play Store) di berbagai negara, menurut SimilarWeb.
Sebagai aplikasi gratis dan simpel, Zoom jadi favorit. Padahal, masih ada pilihan lain, seperti WebEx Cisco, kantor Eric Yuan sebelum mendirikan Zoom; Hangouts Meet (Google); Teams (Microsoft); Skype, dan lain-lain.
Sebelum menjadi “bintang utama aplikasi” selama kuartal pertama 2020, tak ada yang menyoroti Zoom sedetail saat ini. Tak ada yang benar-benar mengkritisi keamanan dan privasi platform ketimbang platform lain.
Ini alamiah. Orang terkenal pasti akan dicari dari segala sisi. Dikorek kelebihan, kelemahan, dan latar belakangnya. Berikut ini serangkaian korekan-korekan yang “menampar” Zoom:

Rapat virtual Kabinet Inggris yang dipimpin Perdana Menteri Boris Johnson. Tangkapan layar ini diunggah sang perdana menteri di akun Twitter-nya. Namun, justru mendulang kritik baru buat Zoom. Ada bilah ikon meeting ID yang tertera di layar yang berpotensi risiko adanya zoombombing. Sejak unggahan ini menjadi sorotan, Zoom lalu menghapus bilang meeting ID. | Foto: Twitter PM Boris Johnson.
Demokratisasi Kecerdasan Buatan (Artificial Intelligence; AI), pada dasarnya, adalah memperluas aksesibilitas teknologi AI ke basis pengguna yang lebih luas.
Di tengah latar belakang ini, ada aspek penting yang secara halus terjalin dalam narasinya, yaitu penanganan identitas non-manusia.
"Karena kita hidup di era digital, jangan hanya menjadi konsumen, tetapi bisa dimanfaatkan untuk sesuatu yang lebih produktif," tambah Nezar.