Chubb, penyedia asuransi cybersecurity global berkantor pusat di New Jersey, AS mengalami pelanggaran data. Geng ransomware Maze mengklaim diri sebagai pelaku.
Cyberthreat.id – Chubb, penyedia asuransi keamanan siber (cybersecurity) global berkantor pusat di New Jersey, AS mengalami pelanggaran data. Pada laporannya, Kamis (27 Maret 2020), TechCrunch, menyebutkan, bahwa perusahaan sedang menyelidiki insiden siber tersebut.
Juru bicara Chubb, Jeffrey Zack, mengatakan, perusahaan sejauh ini belum memiliki bukti insiden yang mempengaruhi jaringan Chubb dan jaringannya diklaim tetap beroperasi penuh. Chubb adalah salah satu penyedia keamanan siber terbesar di Amerika Serikat. Memiliki pendapatan tahunan US$ 3,42 miliar.
Brett Callow, analis ancaman siber dari perusahaan keamanan Emsisoft, kepada CoinTelegraph, mengatakan, serangan yang menimpa Chubb berasal grup ransomware Maze. Ia mengatakan berdasarkan klaim grup peretas itu di situs webnya yang memiliki data perusahaan yang dicuri.
Sayangnya, di situs webnya, Maze tidak memberikan bukti langsung dari peretasan. Callow mengatakan, Maze terkenal sebagai peretas yang menargetkan pemerintah, perusahaan hukum, penyedia layanan kesehatan, pabrik, perusahaan riset medis, penyedia layanan kesehatan, dan lain-lain.
Grup Maze selama ini selain menginfeksi dan mengenkripsi setiap komputer yang dilaluinya, juga terkenal mengeksfiltrasi data untuk dikirim ke server jarak jauh miliknya. Data curian itu sebagai jaminan untuk uang tebusan. Jika tidak dibayar, Maze akan mempublikasikan data secara daring.
Pada Februari lalu, Maze mengkompromikan lima perusahaan hukum Amerika Serikat dan menuntut tebusan 100 Bitcoin sebagai imbalan untuk memulihkan data dan menghapus salinan file. Namun, jumlah tebusan yang diminta dari Chubb saat ini tidak diketahui.[]
Redaktur: Andi Nugroho
Demokratisasi Kecerdasan Buatan (Artificial Intelligence; AI), pada dasarnya, adalah memperluas aksesibilitas teknologi AI ke basis pengguna yang lebih luas.
Di tengah latar belakang ini, ada aspek penting yang secara halus terjalin dalam narasinya, yaitu penanganan identitas non-manusia.
"Karena kita hidup di era digital, jangan hanya menjadi konsumen, tetapi bisa dimanfaatkan untuk sesuatu yang lebih produktif," tambah Nezar.