Kepolisian Kota Nice, Prancis menggunakan speaker-drone saat pemberlakuan karantina wilayah (lockdown) seiring lonjakan kasus wabah virus corona (Covid-19).
Cyberthreat.id – Kepolisian Kota Nice, Prancis menggunakan speaker-drone saat pemberlakuan karantina wilayah (lockdown) seiring lonjakan kasus wabah virus corona (Covid-19) di negara tersebut.
Pemakaian speaker-drone untuk menghalau warganya kembali ke rumah masing-masing selama karantina diberlakukan. Sebab, masih banyak warga Nice—ibu kota dari Cote d’Zur yang wilayahnya mengitari Bay of Angels di daerah pesisir, berkeliaran di tengah kota, seperti pantai dan taman.
Sebuah video yang dirilis oleh kantor berita AFP menunjukkan sebuah drone (pesawat tanpa awak) yang dilengkapi speaker menyiarkan pemberlakuan karantina.
"Semua mobilitas di luar rumah dilarang kecuali ada alasan secara spesifik," demikian bunyi dari speaker-drone tersebut kepada beberapa orang yang tampak masih bersantai ria di pantai.
Dari corong drone itu, kepolisian juga menyampaikan, "Tolong jaga jarak aman setidaknya satu meter antara setiap orang ... semua perjalanan di luar rumah dilarang tanpa izin," demikian suara imbauan itu.
Selama karantina, polisi-polisi melakukan pemeriksaan di jalan-jalan menggunakan mobil dan sepeda, juga dibantu dengan drone. Dengan kamera drone, polisi bisa mengawasi lebih mudah warga yang berkeliaran, seperti di pantai dan taman.
Kebijakan karantina di Kota Nice memang tidak sepenuhnya melarang warga beraktivitas. Warga masih diberi kesempatan untuk pergi membeli makanan, mengumpulkan obat-obatan, mencari bantuan medis, dan pergi bekerja. Hanya, sekolah dan universitas, restoran, bar, hotel, dan bisnis yang tidak mendesak telah ditutup hingga pandemi Covid-19 berakhir.
Pemerintah setempat memberlakukan karantina untuk mengurangi penularan virus corona. Karantina dianggap sebagai langkah penting dalam perang melawan virus karena membantu dan mencegah petugas medis kewalahan dengan banyaknya pasien, seperti dikutip dari Digital Trends, Minggu (22 Maret 2020).[]
Redaktur: Andi Nugroho
Demokratisasi Kecerdasan Buatan (Artificial Intelligence; AI), pada dasarnya, adalah memperluas aksesibilitas teknologi AI ke basis pengguna yang lebih luas.
Di tengah latar belakang ini, ada aspek penting yang secara halus terjalin dalam narasinya, yaitu penanganan identitas non-manusia.
"Karena kita hidup di era digital, jangan hanya menjadi konsumen, tetapi bisa dimanfaatkan untuk sesuatu yang lebih produktif," tambah Nezar.