Serangan DDoS dilakukan oleh hacker dengan cara membanjiri server dengan traffic dalam jumlah besar dengan terus menerus sehingga sistem tak dapat menampungnya.
Cyberthreat.id - Situs bikinan Pemerintah DKI Jakarta untuk menyampaikan informasi terkait perkembangan penyebaran virus di Jakarta sulit diakses pada Kamis sore (12 Maret 2020). Rupanya, situs dengan nama domain http://corona.jakarta.go.id diserang DDoS (Distributed denial of service)
Hal itu dikonfirmasi lewat akun Twitter resmi Pemrpov DKI Jakarta, @DKIJakarta.
"Mohon maaf, situs http://corona.jakarta.go.id sedang sulit diakses karena mendapat serangan DDoS. Saat ini sedang ditangani tim Kominfotik DKI," begitu bunyi pengumuman itu Kamis malam (12 Maret 2020).
Serangan DDoS dilakukan oleh hacker dengan cara membanjiri server dengan traffic dalam jumlah besar dengan terus menerus sehingga sistem tak dapat menampungnya. Walhasil, situsnya jebol.
Serangan DDoS biasanya melibatkan lebih dari satu mesin penyerang. Proliferasi perangkat IoT dengan kontrol keamanan yang buruk telah menyebabkan peningkatan besar-besaran dalam serangan jenis ini termasuk botnet seperti Mirai.
Operator botnet bahkan dapat menyewakannya kepada aktor jahat lainnya untuk memicu serangan DDoS yang menghancurkan - seperti serangan terhadap Dyn yang melumpuhkan sebagian besar internet pada tahun 2016.
Serangan DDoS juga dapat dilakukan oleh kelompok besar pengguna aktif menggunakan alat sederhana seperti dalam serangan DDoS oleh kelompok hacker Anonim. Kelompok peretas telah menggunakan alat internet gratis yang disebut Low Orbit Ion Canon (LOIC) untuk melakukan serangan online terhadap sistem komputer.
Sebelumnya, situs milik Pemprov DKI itu menampilkan data-data jumlah orang dalam pemantauan dan pengawasan terkait virus corona.
Hingga laporan ini ditulis, situs tersebut belum dapat diakses.[]
Berita terkait:
Demokratisasi Kecerdasan Buatan (Artificial Intelligence; AI), pada dasarnya, adalah memperluas aksesibilitas teknologi AI ke basis pengguna yang lebih luas.
Di tengah latar belakang ini, ada aspek penting yang secara halus terjalin dalam narasinya, yaitu penanganan identitas non-manusia.
"Karena kita hidup di era digital, jangan hanya menjadi konsumen, tetapi bisa dimanfaatkan untuk sesuatu yang lebih produktif," tambah Nezar.