Puluhan ribu ulasan masuk, dan peringkat DingTalk anlok dalam semalam, dari 4,9 menjadi 1,4.
Cyberthreat.id.id - Bagi sebagian orang, yang dilakukan anak-anak sekolah di Wuhan,China, ini bisa jadi langkah cerdik. Bagi sebagian lain, mungkin menganggapnya nakal. Yang pasti, aplikasi belajar online Dingtalk (grup Alibaba) harus memohon ampun di sosial media gara-gara dikerjain anak-anak itu.
Dikutip dari London Review of Book, kisah kenakalan anak-anak Wuhan itu diceritakan oleh seorang penulis yang sedang menjalani karantina di Wuhan gara-gara wabah virus corona.
Ceritanya, dalam suasana merebaknya kekuatiran tertular virus corona, dan sekolah-sekolah diliburkan, anak-anak diminta tetap belajar menggunakan aplikasi Dingtalk. Para guru menggunakan aplikasi ini untuk mengatur pekerjaan rumah.
Entah bagaimana bocah-bocah cilik itu bekerja, yang pasti, sebuah aplikasi yang ratingnya jelek, akan di-boot dari App Store.
"Puluhan ribu ulasan masuk, dan peringkat DingTalk anlok dalam semalam, dari 4,9 menjadi 1,4. Aplikasi ini harus memohon belas kasihan di media sosial: 'saya sendiri baru berusia lima tahun, tolong jangan bunuh saya'," tulis artikel di LRB berjudul The Word from Wuhan yang dipublikasikan pada 5 Maret lalu.
Ketika penggalan artikel itu, -- khususnya bagian kenakalan bocah-bocah Wuhan-- dibagikan di Twitter oleh editor The Verge Elizabeth Lopatto pada 7 Maret lalu, kisah itu langsung mencuri perhatian banyak pengguna Twitter dan dibagikan lebih dari 7 ribu kali.
"All power to kids of #Wuhan! Ha ha! Brilliant! Yah #Wuhan!," komentar mantan Kepala Biro media ABC Beijing, Stephen McDonell, seperti dikutip Mashable.com.
Dunia memang sedang dilanda kepanikan akan wabah penyebaran virus corona yang terus meluas. Namun, di tengah-tengah situasi yang tak menentu itu, anak-anak di Wuhan ternyata tak kehilangan kreativitasnya untuk menemukan cara cerdik agar tak perlu bikin PR. Manusiawi sekali bukan? []
Demokratisasi Kecerdasan Buatan (Artificial Intelligence; AI), pada dasarnya, adalah memperluas aksesibilitas teknologi AI ke basis pengguna yang lebih luas.
Di tengah latar belakang ini, ada aspek penting yang secara halus terjalin dalam narasinya, yaitu penanganan identitas non-manusia.
"Karena kita hidup di era digital, jangan hanya menjadi konsumen, tetapi bisa dimanfaatkan untuk sesuatu yang lebih produktif," tambah Nezar.